Kab.Gorontalo – Danau Limboto yang menjadi salah satu ikon Kabupaten Gorontalo terancam lenyap dan tinggal kenangan, jika masalah yang melanda danau tersebut tidak segera diatasi. Danau Limboto merupakan salah satu dari 15 danau kritis di Indonesia yang saat ini sedang direvitalisasi.
Danau Limboto memiliki tiga keunikan, yakni terhubung dengan laut, habitat ikan dan burung migran,terdapat panas bumi (geotermal), dan muara bagi 23 sungai. Sebagai muara, danau ini setiap hari sepanjang tahun menerima beban sedimen yang tidak tak pernah putus. Konsekuensinya adalah makin menyurut dan sempitnya badan sungai.
“Meski memiliki keunikan yang tidak dimiliki banyak danau lainnya di dunia, kawasan lahan basah ini semakin memprihatinkan. Luas danau yang pada tahun 1930 mencapai berkisar 7.000 hektar dan kini hanya seluas 3.000 hektar.” kata Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo, pada kegiatan Simposium Nasional Arah Kebijakan Strategis Nasional sebagai bagian pra kondisi pelaksanaan kegiatan Festival Pesona Danau Limboto (FPDL), Senin (17/9/2018).
Dalam kegiatan yang bertaraf nasional yang dibuka oleh Wakil Gubernur Idris Rahum tersebut, Pemerintah Kabupaten Gorontalo berhasil mendatangkan 3 kementerian RI, diantaranya Kementerian PUPR, Kementrian Lingkungan Hidup dan Bappenas RI, yang merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Gorontalo bersama Universitas Gorontalo dan didukung penuh tokoh nasional Rachmat Gobel.
“Semoga dengan Simposium ini, dapat mencari solusi yang bersinergi semua Stokeholder, membawa arah dan solusi pembuatan kebijakan strategis nasional untuk Danau Limboto yang kita cintai bersama,” lanjut Nelson.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Nelson juga menyampaikan, pelaksanaan Festival Pesona Danau Limboto (FPDL) pada tahun 2016 bisa dikata masih bertaraf lokal, tahun 2017 oleh Kementerian Pariwisata FPDL menjadi taraf nasional, dan tahun ini FPDL sudah bertaraf Internasional.
“Semoga dengan Kedatangan tiga Kementerian RI dalam simposium ini, dapat membawa sinergitas pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun kabupaten, termasuk stakeholder lainya, sehingga danau ini bukan menjadi aset yang tidak hanya diperbaiki tetapi bagaimana membangun ekonomi didalamnya. Dan ini yang kita dorong termasuk pariwisata,” ujar Nelson.
Sementara itu, pada kegiatan simposium sesi diskusi bersama terungkap bahwa, bagian danau yang menyurut ini banyak dijadikan lahan pertanian oleh warga. Bahkan, banyak yang sudah menerima sertifikat hak milik.
Saat musim hujan, lahan ini tenggelam berbulan-bulan hingga musim kemarau datang. Pencaplokan badan danau ini yang menjadi salah satu masalah dalam penanganan kawasan Danau Limboto saat ini.
Dari 23 sungai yang menjadi pemasok air danau, hanya ada satu sungai yang mengalir ke laut. Dan sungai ini menghubungkan badan danau ke Sungai Bolango, sebelum air mengalir ke Teluk Tomini. Namun, jika Sungai Bolango meluap, maka sungai ini juga bisa memasukkan air ke danau. (rls/idj)