TPS Bhinneka Tunggal Ika di Surabaya, Bawa Pesan Persatuan dan Perdamaian

TPS Bhinneka Tunggal Ika di RW 08 Rungkut Mapan Barat mengangkat tema budaya nusantara (Foto: VOA/Petrus Riski).

Surabaya – Empat Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Rungkut Mapan Barat, Surabaya, menjadi daya tarik masyarakat yang hendak menggunakan hak pilihnya pada ini. Gabungan TPS 26, 27, 28 dan 29 ini diberi nama TPS Bhinneka Tunggal Ika, dan menampilkan empat budaya yang berbeda yaitu Madura, Tionghoa, Jawa, dan Bali. Berbagai ornamen hingga pakaian petugas KPPS mengikuti tema empat budaya yang ditampilkan.

TPS bertema Bhinneka Tunggal Ika ini menurut Ketua RW 08 Rungkut Mapan Barat Surabaya, Wahyu Kuswanda, ingin menggambarkan keberagaman warga yang tinggal di kawasan itu, yang selalu menjaga kerukunan dan persaudaraan antar warga.

“Kenapa menggunakan tema Bhinneka Tunggal Ika, RW 8 Rungkut Mapan Barat ini warganya memang sangat beragam, hampir berbagai suku dan agama ada di sini. Sebagai catatan, di sini 80 persen dari etnis Tionghoa. Nah, kita sudah bertahun-tahun mengupayakan bagaimana dari warga yang berbeda ini tetap bisa satu, guyub, rukun. Oleh sebab itu RW 8 ini visinya adalah kebersamaan itu indah,” terang Wahyu Kuswanda kepada VOA.

Read More
banner 300x250

Warga Rungkut Mapan Barat, Sugeng mengatakan, adanya TPS Bhinneka Tunggal Ika ini memberi pesan persatuan kepada warga yang berlatar belakang suku serta agama yang berbeda-beda.

Petugas TPS memakai pakaian adat Jawa di TPS Bhinneka Tunggal Ika (Foto: VOA/Petrus Riski).

“Kebersamaan yang sudah lama dilakukan di RW ini, itu akhirnya bisa menyiapkan TPS yang seperti ini dengan harapan tetap adanya suatu Bhinneka Tunggal Ika itu bersatu. Dan memang penduduknya di sini macam-macam, ada yang Islam, ada yang Buddha, ada yang Nasrani, itu di sini banyak sekali seperti itu. Suku-sukunya juga begitu, ada yang Madura, ada yang Cina, ada yang Jawa,” ujar Sugeng.

Wahyu Kuswanda menambahkan, hadirnya TPS Bhinneka Tunggal Ika ini juga didasari keprihatinan adanya gesekan antar warga khususnya di media sosial akibat pilihan yang berbeda. Wahyu berharap pilihan yang berbeda tidak lantas menjadikan warga yang sebelumnya rukun menjadi bermusuhan.

“Kita mengikuti perkembangan kampanye, terutama Pilpres ya, dan terutama di dunia maya, di medsos kan memanas ya. Nah, kesempatan di pesta demokrasi ini, namanya pesta kita harus senang-senang sambil mengingatkan warga kami, boleh beda pilihan tapi kita tetap satu bangsa Indonesia,” imbuh Wahyu.

Antusiasme warga untuk mencoblos nampak dari berkumpulnya warga sebelum TPS dibuka. Menurut Sri Rahmawati, warga sangat bersemangat untuk menggunakan hak pilihnya, yang terlihat dari antrian di TPS hingga siang hari.

Petugas TPS berpakaian tradisional Tionghoa melayani warga yang hendak memilih (Foto: VOA/Petrus Riski).

“Sangat antusias sekali, kita itu banyak warga yang datang mulai tadi pagi, jam setengah tujuh kita sudah kumpul, sudah menyanyikan lagu Indonesia Raya, sudah tertib semua pokoknya. Antrinya karena kita harus dipanggil, di TPS ada yang dipanggil, ada yang langsung bisa masuk,” tutur Sri Rahmawati.

Tidak hanya TPS unik bertema Bhinneka Tunggal Ika yang menarik warga untuk datang ke TPS, hiburan musik dan hadiah undian bagi warga yang hadir mencoblos menjadi daya tari tersendiri. Seperti penuturan Harijanto.

“Pertama hiburan, terus ada door prize itu mungkin juga bisa memgurangi orang-orang untuk golput ya, dengan TPS yang cukup bagus, kondusif, terus dijadikan satu TPS ada 4 ini juga cukup menarik,” kata Harijanto. [*]

Sumber Berita dan Foto:

Baca berita kami lainnya di

Related posts

banner 468x60