Darurat Pop, Eksistensi Musisi Indie Gorontalo

Ecko Show, salah satu penampil di acara Darurat Pop Vol.3, Sabtu (30/7). Foto : iwandije

Kota Gorontalo – Eksistensi seorang atau band selalu dilihat dari berapa lama band itu berdiri, seberapa banyak panggung yang disinggahi dan tentu saja karya seperti lagu atau album yang dihasilkan selama bermusik. Dan untuk memenuhi semua itu, harus ada event rutin yang digelar oleh komunitas yang ada didalamnya.

Seperti salah satu event rutin yang digelar oleh Project Suka-Suka, yang bekerjasama dengan komunitas , yakni . Event yang sudah memasuki tahun ketiga ini digelar di Community House, Sabtu (30/6/2018), turut diramaikan oleh sejumlah musisi indie lokal Gorontalo.

Acara dibuka dengan penampilan dari Mister Hamid, salah satu komposer dan music programmer berbakat yang dimiliki Gorontalo. Memainkan beebrapa beat ringan, Mister Hamid berhasil menarik perhatian pengunjung yang hadir malam itu.

Read More
banner 300x250

Selanjutnya, panggung diambil alih Aris Babay yag didaulat menjadi moderator dalam sharing session bersama penggiat musik indie Gorontalo. Hadir malam itu ada Kevin Koraag, drummer Marsins Band yang mewakili Gorontalo Indie dan Aan yang mewakili Komunitas Street Punk sebagai narasumber.

Aan (Street Punk) & Kevin (Gorontalo Indie) menjadi narasumber dalam sharing session bersama Aris Babay. Foto : Ichank

Usai Sharing Session, acara kembali dilanjutkan dengan penampilan salah satu band pop punk yang tetap konsisten dijalurnya, The Pluck. Membawakan 4 lagu, termasuk karya mereka sendiri yang bertajuk ‘Setitik’, band yang berdiri sejak tahun 2004 berhasil menarik perhatian penonton.

Usai penampilan The Pluck, giliran rapper kebanggan Gorontalo Ecko Show tampil. Namun kali ini, Ecko Show tampil sedikit berbeda dengan yang biasanya. Ecko tampil dengan format band, bersama Sativa On Monday, dan berhasil merubah aransemen musik milik Ecko Show agak lebih berdistorsi.

Saat diwawancara, Bayu Djafar selaku penggagas acara Darurat Pop ini mengatakan, bahwa event ini merupakan event tahunan yang digelar sejak tahun 2016. Ide dari nama Darurat Pop adalah sindiran bagi budaya popular di kalangan milenial, yang mungkin didefinisikan sebagai budaya era milenial yang cukup tidak realistis.

“Dimana di era milenial ini, masih banyak orang yang mendewakan smartphone, teknologi, memanfaatkan sosial media sebagai media negatif (menyebarkan sara, ujara kebencian, fitnah dan lainnya),” kata Bayu, yang juga drummer The Pluck ini.

Dipenghujung acara, dua band muda nan enerjik mengisi panggung dan menutup hajatan Darurat Pop tahun 2018 ini. Yap, 90’s Down Party berkolaborasi dengan band Garage Punk SOFTXXX berhasil dengan klimaks menutup rangkaian Darurat Pop malam itu. (idj)

Baca berita kami lainnya di

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *