NEW JERSEY – Gejolak politik yang dipicu oleh demonstrasi yang meluas di seluruh Amerika setelah terbunuhnya George Floyd dalam tahanan polisi terus bergema.
Patung-patung dan tanda peringatan yang didirikan untuk mengenang tokoh-tokoh Amerika dari masa perbudakan terus mengalami nasib buruk karena dirusak dan digulingkan oleh para pengunjuk rasa.
Universitas Princeton di negara bagian New Jersey telah memutuskan untuk mengganti nama fakultas kebijakan publik dan Wilson College, karena katanya, Presiden Amerika yang ke-28 itu rasis dan menjalankan kebijakan yang rasis pula, sehingga tidak patut diabadikan namanya di universitas itu.
Kepala Universitas Princeton Christopher Eisgruber mengumumkan akhir bulan lalu bahwa pencabutan nama Woodrow Wilson itu terkait dnegan kematian saejumlah warga kulit hitam Amerika ketika dalam tahanan polisi dalam beberapa bulan terakhir.
Dewan Universitas mengumumkan keputusan itu setelah terjadinya aksi dmeonstrasi dan kerusuhan di seluruh Amerika dan di banyak bagian dunia karena adanya ketidak-adilan rasial di Amerika.
Universitas papan atas itu tahun 2016 pernah mempertimbangkan akan mengganti nama fakultasnya setelah terjadi aksi protes mahasiswa atas kebijakan Wilson yang dianggap rasis itu setahun sebelumnya.
Kata Eisbruger, sikap rasis presiden Amerika yang memerintah antara tahun 1913 sampai tahun 1921 itu sangat jelas dan berdampak negatif bahkan dengan menggunakan standard yang berlaku pada masa itu. Contohnya adalah keputusan Wilson untuk menjalankan kebijakan segregasi atau pemisahan berdasarkan warna kulit bagi orang-orang yang bertugas dalam dinas pegawai negeri sipil.
Tindakan Wilson itu bertentangan dengan kebijakan pemerintah yang sudah dijalankan beberapa puluh tahun sebelumnya.
Fakultas kebijakan publik di Universitas Princeton itu kini dinamakan The Princeton School of Public and International Affairs.
Woodrow Wilson pernah menjadi presiden universitas itu sebelum terpilih menjadi gubernur negara bagian New Jersey dan kemudian presiden Amerika.
Kebijakan-kebijakan rasis yang dijalankannya membuat penggunaan namanya bagi fakultas kebijakan publik sangat tidak tepat, karena memberi kesan bahwa ia adalah contoh yang baik bagi para siswa di sekolah itu. Kita harus tegas menentang rasisme dalam segala bentuknya,” kata Eisgruber lagi.
Ia menambahkan bahwa nama Wilson College juga akan diganti dengan First College, dua tahun lebih awal dari rencana semula. Universitas Princeton tadinya berencana untuk menutup perguruan tinggi yang menggunakan nama Presiden Wilson setelah dua fakultas baru selesai dibangun nanti.
Tapi penghormatan tertinggi yang diberikan kepada para mahasiswa tingkat sarjana, yang dikenal dengan nama Woodrow Wilson Award akan tetap diberikan karena hadiah itu adalah pemberian yang punya kaitan hukum yang mengikat, kata Dewan Universitas Princeton. [**]
Sumber Berita dan Foto: VoA Indonesia