Yogyakarta – BNPB mencatat ada tiga kabupaten yang terdampak paling parah bencana tsunami di selat Sunda. Ketiganya adalah Pandeglang dan Serang di Banten, dan Lampung Selatan di Provinsi Lampung.
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Yogyakarta Minggu siang (23/12) memaparkan, selain korban meninggal, banyak rumah dan bangunan yang roboh. Detil korban di Pandeglang meninggal dunia 164 orang dan 624 korban luka. Di Serang setidaknya 11 meninggal dengan 22 luka-luka dan 26 orang hilang. Sedangkan di Lampung Selatan tercatat 48 meninggal dan 213 luka-luka. Di kabupaten Tanggamus, sedikitnya 1 orang meninggal.
Tingginya korban salah satunya disebabkan oleh datangnya gelombang besar tanpa tanda-tanda awal. Menurut Sutopo, dugaan awal tsunami dibangkitkan oleh longsoran bawah laut karena erupsi Gunung Anak Krakatau. Selain itu, tinggi gelombang juga dipengaruhi periode pasang air laut akibat bulan purnama.
Karena faktor itulah, dalam peristiwa Sabtu malam ini, tidak ada peringatan dini yang diberikan oleh BMKG. Kejadiannya juga sangat tiba-tiba, bahkan masyarakat yang tinggal di tepi pantai juga tidak mendeteksinya.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau sendiri selama ini terus berada di bawah pemantauan. Dalam beberapa hari terakhir, kata Sutopo, letusan yang terjadi juga tidak begitu besar, bahkan lebih kecil dari letusan-letusan sebelumnya. Letusan ini adalah aktivitas normal, karena gunung tersebut memang aktif. “Krakatau ini terus meninggi dengan letusan-letusan itu. Jadi ini adalah aktivitas yang normal. Kawasan sekitar juga aman asal di luar jarak 2 kilometer yang direkomendasikan,” tambah Sutopo.
Selain faktor alam, waktu bencana juga berpengaruh terhadap jumlah korban. Akhir pekan ini adalah awal libur panjang Natal dan Tahun Baru, sehingga kawasan pantai barat Banten, dari Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang dan Pantai Carita sedang dipadati wisatawan lokal.
PLN adalah salah satu perusahaan yang karyawannya sedang menikmati liburan bersama. Grup musik Seventeen ikut mengisi acara liburan karyawan PLN itu ketika tsunami menerjang Sabtu malam. Sedikitnya dua personel band itu meninggal dunia. Demikian pula 18 karyawan PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat yang juga tercatat meninggal dunia.
Air Laut Datang Tiba-Tiba
Kepada VOA, Afriza Dwian Sari warga Banding, Rajabasa, Lampung Selatan, menceritakan bagaimana tsunami datang. Sekitar pukul 22.00, dia dan keluarganya masih terjaga di rumah yang berada tak jauh dari pantai. Tiba-tiba, terdengar suara kencang dan teriakan para tetangga yang mengabarkan air laut meninggi tiba-tiba.
“Dengar di luar ribut-ribut, ternyata ombak naik. Naiknya nggak seperti biasa, sampai ke rumah warga. Bahkan ada rumah warga yang sudah langsung roboh waktu itu. Makanya kami menyelamatkan diri masing-masing ke dataran yang lebih tinggi, di Gunung Rajabasa,” ujar Afriza.
Wilayah Banding memang berada tepat di tepi laut, tetapi di belakang kawasan itu terdapat Gunung Rajabasa. Warga pun naik ke kawasan yang lebih tinggi, termasuk Afriza yang berjalan kaki sekitar 4 kilometer.
“Sekarang saya dan tetangga mengungsi di Kantor Kecamatan Rajabasa. Sudah diminta tetap disini sampai tanggal 25. Alhamdulillah sudah ada bantuan sementara ini jadi ada makanan,” ujar Afriza.
Para tetangga, terutama laki-laki, kata Afriza pada Minggu siang kembali turun ke tepi pantai. Selain untuk menengok rumah dan melakukan pembersihan, juga mencari warga yang kemungkinan masih hilang. Setidaknya ada satu warga di kampungnya yang ditemukan meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan bangunan dan satu anak masih hilang.
Citra Pitaloka, warga yang berada di Kalianda ketika dihubungi VOA mengatakan, di kawasan tepi pantai mayoritas rumah mengalami kerusakan berat. Hampir semua bangunan semi permanen hancur. Pada Minggu siang, petugas gabungan dari TNI, Polri, SAR, BPBD serta relawan melakukan pembersihan lokasi.
“Kalau yang permanen, pagarnya banyak yang roboh, lalu dinding belakang rusak. Sampai ada perahu yang ada di jalan juga, parkir di depan rumah orang. Sampah-sampah yang ada di jalan sudah dibersihkan, jadi jalan sudah bisa dilalui, tetapi belum semuanya,” ujar Citra.
Dikatakan Citra, kawasan yang mengalami bencana tsunami kali ini adalah pusat rekreasi warga. Di hari biasa, kawasan ini menjadi salah satu titik kumpul warga untuk menikmati pantai. Selain banyak warung, juga terdapat tempat pelelangan ikan.
Data dari Palang Merah Indonesia, di Lampung Selatan wilayah yang terdampak adalah wilayah Rajabasa, Kalianda, Sidomulyo dan Ketibung. “Berdasarkan laporan dari tim PMI di lampung Selatan, sekitar 2.000 orang mengungsi di Kantor Gubernur Lampung. Sebagian sudah kembali ke rumah, tetapi tidak sedikit yang memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman karena takut ada tsunami susulan,” kata Ridwan Sobri Carman, Kepala Sub Tanggap Darurat, Markas Pusat PMI.
PMI telah memobilisasi 120 personel sukarelawan di wilayah Banten serta 6 unit ambulans. Sementara di Lampung Selatan, PMI memobilisasi 15 sukarelawan untuk membantu evakuasi warga terdampak. Hingga Minggu siang, banyak warga masih mengungsi di wilayah perbukitan di Cikaduan, di dekat Pantai Tanjung Lesung, Pandeglang. “Warga terdampak masih trauma kembali ke rumah mereka walaupun kondisi air laut sudah surut, mereka memilih untuk mengungsi sementara ke daerah yang lebih aman,” tambah Ridwan.
Selain korban jiwa, BNPB juga mencatat 558 unit rumah rusak berat, 9 unit hotel rusak berat, 96 warung kuliner hancur, dan 350 kapal nelayan rusak. Data ini juga dipastikan akan terus bertambah karena proses pendataan masih terus dilakukan. [*]
Sumber Berita dan Foto : VoA Indonesia