Jakarta – Pernyataan calon wakil presiden Ma’ruf Amin telah memicu kontroversi. Dalam sebuah acara pada pekan lalu, mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut menyatakan hanya orang buta dan budek tidak mengetahui prestasi yang diukir Presiden Joko Widodo selama empat tahun memerintah.
Ma’ruf berduet dengan calon presiden petahana Joko Widodo dalam pemilihan presiden yang akan dilaksanakan pada April tahun depan.
Ucapan kontroversial itu memicu kemarahan kaum penyandang disabilitas. Sebanyak sembilan penyandang disabilitas dari Persatuan Aksi Sosial Tuna Netra Indonesia (PASTI) pada Rabu (14/11) berunjuk rasa di luar kantor MUI di kawasan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.
Mereka mengecam pernyataan kasar Ma’ruf. Masing-masing pengunjuk rasa memajang poster disertai gambar wajah Ma’ruf, antara lain bertulisan Cawapres Penghina Tuna Netra+Rungu, Kami Buta Tapi Bukan Politik, dan Sontoloyo.
Saat sedang berorasi, seorang petugas MUI meminta demonstrasi dihentikan, namun permintaan itu tidak dituruti. Protes berlangsung sekitar setengah jam tanpa ada petinggi MUI yang bersedia menerima mereka.
Ketua Umum PASTI Arif Nurjamal menegaskan pernyataan Ma’ruf tersebut telah mendiskreditkan penyandang disabilitas, terutama kaum tunanetra dan tunarungu. Dia menambahkan mereka merasa tersinggung karena dihina seperti itu.
Lebih lanjut Arif mengungkapkan ucapan kasar seperti itu tidak pantas keluar dari mulut seorang pemuka agama yang mestinya menjadi panutan.
“Karena kami juga sebagai bangsa Indonesia, sebagai warga negara, punya hak hidup, punya hak berpolitik. Walaupun kami buta menurut beliau tapi kita tidak buta politik. Dan alhamdulillah kami tidak buta akhlak. Kami semua punya moral, punya pendidikan,” kata Arif.
Arif menambahkan para penyandang disabilitas memberi batasan waktu paling lambat delapan hari ke depan supaya Ma’ruf Amin meminta maaf secara terbuka melalui media massa. Kalau hal itu tidak dilakukan, lanjutnya pihaknya akan menempuh jalur hukum atau berdemonstrasi dengan jumlah peserta lebih besar.
Arif menekankan PASTI tidak memiliki afiliasi dengan calon presiden atau partai tertentu.
Arif mengakui Ma’ruf memang sudah memberikan klarifikasi, tapi dia menilai klarifikasi itu ditujukan kepada lawan-lawan politiknya. Dia menuntut Ma’ruf juga memberikan klarifikasi sekaligus permohonan maaf kepada seluruh penyandang disabilitas di Indonesia.
Anggota PASTI Yogi Matsoni menilai ucapan Ma’ruf tersebut melanggar Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 terkait penghormatan, perlindungan, penjaminan, dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Juga bertentangan dengan Konvensi Hak-hak Disabilitas tahun 2007.
Yogi menyerukan agar semua elite politik yang berkampanye memperhatikan batasan-batasan bahasa supaya tidak menyinggung kelompok tertentu dalam masyarakat.
Calon wakil presiden nomor urut satu Ma’ruf Amin telah memberikan klarifikasi mengenai pernyataan kontroversialnya itu. Menurutnya yang dimaksud buta dan budek adalah hatinya bukan cacat jasmani.
Ma’ruf menekankan dirinya tidak bermaksud menyinggung perasaan penyandang disabilitas.
“Itu kan salah paham. Yang saya maksud buta itu bukan buta mata, bukan budek telinga tapi buta hati. Jadi nggak ada hubungannya dengan fisik,” lanjut Ma’ruf.
Ma’ruf mengeluarkan pernyataan orang buta dan budek dalam acara Deklarasi Barisan Nusantara pada Sabtu pekan lalu. Komentar ini langsung mendapat reaksi negatif dari penyandang disabilitas. [*]
Sumber Berita dan Foto : VoA Indonesia