Pojok6.id (Gaya Hidup) – Suara knalpot kembali meraung. Barisan motor berjejer rapi, menembus terik siang dengan semangat yang tak bisa dibendung. Setelah menggetarkan aspal Manado beberapa waktu lalu, kini Warga Warkop Amal kembali memanaskan roda menuju Kotamobagu, Sulawesi Utara. Kali ini bukan sekadar touring, tapi perjalanan penuh makna yang dirangkai dengan acara besar Vespa nasional.
Namun, seperti biasa, Warkop Amal tak pernah ikut arus. Di saat acara bertema Vespa, mereka datang dengan warna berbeda. Ada yang menunggangi NMAX, XMAX, Aerox, hingga motor klasik dan sport. Pemandangan yang menunjukkan satu hal: komunitas ini tidak dibatasi logo di tangki, tapi hati yang satu irama.
“Di warga Warkop Amal, yang kami kejar bukan gengsi motor, tapi nilai kebersamaan. Kami jalan bukan karena acara besar, tapi karena rasa yang besar,” ungkap Romi Pakaya, salah satu penggerak dan figur sentral dalam touring kali ini.
Romi berbicara dengan nada tegas, wajahnya menggambarkan semangat yang lahir dari aspal, peluh, dan kebersamaan.
“Bagi kami, touring bukan ajang pamer jalan. Ini tentang bagaimana kita saling jaga, saling tunggu, dan tetap tertawa meski hujan atau panas. Karena yang mahal bukan bensinnya tapi momennya.” ungkap pria yang juga berprofesi sebagai pengacara.
Ia menuturkan, setiap kali Warkop Amal turun ke jalan, selalu ada cerita baru yang lahir. Ada kisah motor mogok di tengah jalan tapi ditolong ramai-ramai. Ada momen istirahat di pinggir jalan sambil berbagi kopi sachet dan rokok sebatang. Sederhana, tapi penuh makna.
“Di jalan, kita semua sama. Tidak ada yang lebih hebat, tidak ada yang paling depan. Yang penting, tidak ada yang ditinggal,” ujar Romi sambil tersenyum.

Touring menuju Kotamobagu kali ini menjadi simbol kekuatan solidaritas warga Warkop Amal. Di tengah dunia komunitas motor yang kadang penuh ego, mereka tetap berjalan dengan prinsip: kalem di gaya, keras di rasa.
Romi menambahkan, touring bukan hanya soal menempuh jarak, tapi tentang bagaimana hati-hati yang berbeda bisa berpadu dalam satu perjalanan.
“Kami ini lahir dari warkop kecil, tapi niat kami besar. Kami tidak sekadar jalan, kami menulis cerita di setiap kilometer yang kami lewati,” tegasnya.
Suasana keberangkatan pun seperti pesta kecil. Sorak tawa bercampur deru gas, kamera ponsel berjejer, dan bendera komunitas berkibar gagah di depan barisan. Warkop Amal bukan hanya komunitas motor, mereka adalah keluarga yang menemukan makna hidup di atas dua roda.








