Bolaang Mongondow – Ambrin Simbala, warga Desa Bilalang III, masih setia menunggu anaknya Odeng Simbala. Ia berharap tim evakuasi menemukan Odeng dari bongkahan reruntuhan bencana tambang di Desa Bakan pada 26 Februari lalu.
Ambrin datang dari Desa Bilalang III ke lokasi bencana pada 27 Februari, usai malam kejadian runtuhnya tambang emas tanpa izin di Desa Bakan. Dia juga mengaku berjalan kaki dari desanya ke titik lokasi bencana selama 3 jam perjalanan.
Setelah Ambrin sampai di Desa Bakan, dia langsung menuju titik lokasi bencana lewat jalur hutan. Saat itu jalur hutan menuju lokasi dijaga ketat oleh petugas pengaman. Sesampainya di lokasi, Ambrin sempat tidak diijinkan masuk, hingga akhirnya petugas keamanan mengalah dan mengijinkannya masuk setelah terjadi sedikit perdebatan.
“Saya lewat jalur sebelah, dan ketemu petugas. Petugas tidak memberikan izin masuk, setelah saya berontak barulah diijinkan masuk ke lokasi,” kata Ambrin, Minggu (03/03/19)
Dari lokasi bencana, ia mencoba mencari dan berteriak menyebut nama Oneng, anak ketiganya, saat itu. Dan kondisi lokasi runtuhan material bebatuan sangat besar yang menyisakan celah-celah lubang. Dari celah bebatuan itu Ambrin mencoba masuk hinga sekitar 15 meter ke dalam.
Saat Ambrin memanggil-manggil anaknya dari celah bebatuan, dia mengaku sempat mendengar suaranya Oneng dari dalam longsoran itu. Dia mengaku tak sanggup menolong karena kondisi material bebatuan yang tidak dapat diangkat dengan tenaganya.
Setelah itu dia menjawab teriakan dari dalam, lanjut Ambrin, yang menyebut bahwa dirinya Oneng anaknya. “Sempat menanyakan kondisinya, dijawab dengan meminta minum karena haus,” kata ambrin menirukan teriakan dari bawah longsoran.
Ambrin pun mencoba melakukan pertolongan, tetapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Dia meminta anaknya untuk menunggu, sementara dia mencari pertolongan.
“Tunggu, bapak tidak bisa masuk. Mencoba minta bantuan dari pemerintah,” kata Ambrin mengulangi perkataanya, saat merespon suara yang menyebut dirinya Oneng itu.
Hingga saat ini, Oneng masih belum ditemukan dari bongkahan reruntuhan tambang Desa Bakan. Ambrin pun masih menunggu dan hingga hari ke 5 paska bencana. Ambrin percaya bahwa anaknya masih hidup dan berada didalam reruntuhan tambang.
Dari data terbaru Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kota Kotamobagu, tercatat masih 18 orang yang belum ditemukan. Korban berasal dari 6 desa, yaitu Desa Tuduaog 1 korban, 3 korban dari Desa Bilalang III termasuk Oneng didalamnya, Desa Mopusi 6 korban, Desa Tanoyan Selatan 5 Korban, Desa Ongkaw 1 Korban dan Desa Pontodon Timur 2 korban. Dan evakuasi sejak hari ke 3 sampai hari 5, Tim SAR masih belum mengevakuasi korban longsoran tambang ilegal Desa Bakan. (KT-05)