Pojok6.id (Pohuwato) – Pemerhati budaya Gorontalo, Arman Mohamad, memberikan pandangannya terkait “Walima” dalam tradisi perayaan Maulid nabi Muhammad SAW di Provinsi Gorontalo. Walima merupakan aneka ragam kue tradisional dalam wadah khusus yang disebut “Tolangga”.
“Itu (Walima) dimakan bersama dan lebihnya dibagikan kepada para pendzikir, kepada para pemimpin dan juga kepada anak -anak. Dengan harapan agar mereka mencintai nabi dan meniru kemuliaan akhlaknya,” kata Arman, Sabtu, (8/10/2022).
Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Daerah Pohuwato itu menambahkan, membuat walima merupakan kebiasaan penduduk Gorontalo sejak zaman dahulu. Aneka makanan tersebut nantinya akan dibagikan kepada umat muslim.
“Setelah semalam suntuk para pendzikir (dikili) melantunkan pujian kepada Allah, dan juga kepada kebesaran akhlak Nabi yang mulia, maka pada pagi harinya masyarakat mengantarkan walima dan Tolangga, yang berisi makanan tradisional Gorontalo untuk di doakan secara bersama,” Jelasnya.
Dia kemudian memberikan komentarnya soal fenomena warga berebut walima. Ia mengatakan hal demikian itu keliru. Sebagaimana yang diajarkan para leluhur Gorontalo, ujar Arman, sejatinya walima dibagi-bagikan dengan teratur.
“Memperebutkan makanan yang ada pada Tolangga, bukan budaya Gorontalo yang dicontohkan oleh para pendahulu kita,” lanjut Arman.
Katanya, ia tidak setuju dengan fenomena walima masa kini. Selain akan kehilangan berkah, kebiasaan itu akan mengurangi makna penyelenggaraan tradisi perayaan Maulid nabi Muhammad SAW di Provinsi Gorontalo.
“Jadi saya selaku pemerhati budaya, tidak sependapat walima diperebutkan. Karena bisa saja makanan yang penuh berkah itu akan terbuang dan tidak bisa dimakan lagi. Dan juga tidak mengajarkan untuk saling berbagi dalam kebersamaan tapi saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu,” pungkasnya.