BONE BOLANGO – Cabai segar mempunyai daya simpan yang sangat singkat, karena itu diperlukan penanganan pascapanen yang hati-hati.
Perlakuan usai panen ini mulai dari pemanenan sampai pengangkutan harus dilakukan secara hati-hati agar cabai tidak mudah rusak dan menyebabkan penyusutan bobotnya.
Rata-rata jumlah kerusakan yang terjadi mulai dari lapangan sampai ke tingkat pengecer sebesar 23 persen. Kerusakan ini terjadi secara mekanis dan fisik.
“Kerusakan mekanis umumnya terjadi selama pengemasan dan pengangkutan dan kerusakan fisik dapat disebabkan oleh lingkungan tempat penyimpanan cabai terlalu lembab hingga 90 persen atau suhu tropis yang tinggi,” kata Kepala Seksi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Hortikultura, Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Harmolan I Talani, Rabu (3/7/2019).
Paparan ini disampaikan pada bimbingan teknis Good Handling Practices (GHP) di Kelompok Tani Nyiur Indah Desa Tunas Jaya Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango.
Harmolan I Talani menjalaskan kerusakan fisik ini ditandai dengan membusuknya cabai segar yang disimpan. Kelembaban lingkungan tidak boleh kurang dari 80 persen karena bisa menyebabkan cabai kering, tampak keriput dan terlihat tidak segar lagi.
Akibat dari kerusakan mekanis dan fisik ini sangat merugikan petani. Agar cabai dapat dipertahankan kualitasnya sampai ke tangan pembeli, diperlukan penanganan yang baik dari mulai panen sampai pasca panen.
“Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman penanganan pascapanen cabe rawit, menghasilkan produk cabe rawit yang bermutu,” ujar Harmolan I Talani. (Adv)
Sumber : Humas Pemprov Gorontalo