UNG – Universitas Negeri Gorontalo (UNG) menjadikan Desa Teratai dan Desa Karangetan sebagai Desa Tangguh Covid-19. Kedua desa itu nantinya akan diterapkan konsep pengembangan Desa Tangguh Covid-19.
Menurut Rektor UNG, Eduart Wolok pengembangan Desa Tangguh Covid-19 merupakan upaya membangun, mengorganisir, mengerahkan kemampuan, dan potensi Sumber Daya Manusia (SDM), yang dimiliki desa demi kemajuan sekaligus menghadapi kerentanan.
“Jadi tidak hanya, hanya menyangkut kemampuan mengenali kerentanan, dan cara menghadapi bencana non alam “ Kata Eduart, Sabtu (19/07/2020).
Ia menyebut wilayah kedua desa itu juga akan diarahkan untuk memaksimalkan potensi dengan memulai pada pendekatan geografis dan sosiologis.
Di hadapan unsur pemerintah desa (Pemdes), camat, kepala desa, dan warga, Rektor UNG, Eduart Wolok, mengungkap hal-hal potensial yang bisa dikembangkan di Kabupaten Pohuwato.
Menurut Eduart, Kabupaten Pohuwato sebenarnya memiliki daya tarik wisatawan manca negara. Secara sosialogis, ia menilai banyak desa yang kondisi masyarakatnya heterogen, dengan identitas etnik, agama, dan budaya yang beragam.
“Salah satu daerah yang menjadi tujuan kebanyakan wisatawan asing, adalah daerah yang multi etnik yang damai. Dan dengan jarak yang bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam, mereka (wisatawan) bisa menemukan desa multi etnik lainnya” Ujar Eduart Wolok.
Bagi Eduart, Desa Tangguh harus tangguh juga ekonominya.Untuk itu, dari segi pengembangan ekonomi, potensi pertanian dan perikanan, menjadi hal wajib yang harus dikembangkan melalui pemberdayaan. Adanya Dana Desa menurutnya akan mendorong desa untuk berinovasi.
“Dana desa itu adalah bentuk pengakuan legal formal, bahwa organisasi desa itu otonom dan penting keberadaannya. Pertanyaannya, apakah kita menjalankannya secara formalistik atau dijalankan secara fungsional” Ujar Eduart Wolok.
Kalau dijalankan secara fungsional, kata Eduart, maka pemanfaatan dana desa itu harus menyentuh pengembangan kapasitas organisasi dan harus mensejahterakan masyarakat.
“Agar pengelolaan dana desa bisa menyentuh aspek-aspek penting ini, maka perlu ada pendampingan. Pemanfaatan dana desa harus menyentuh dan menggerakan fungsi-fungsi penting yang ada di desa. Serta, Pengembangan kapasitas organisasi, kontribusi dana desa untuk kesejahteraan masyarakat, harus terjadi di desa. Makanya kita perlu melakukan pendampingan” Imbuhnya.
Eduart juga mengatakan UNG telah menyiapkan aplikasi Sistem Informasi Data Desa (Sideta) yang akan menjadi bank data bagi desa. Aplikasi ini dinilainya akan bermanfaat bagi pemerintah desa.
Eduart Wolok juga mengungkap tentang pengembangan sektor pendidikan terutama tentang bagaimana dalam 5 tahun kedepan Gorontalo memiliki 100 ribu mahasiswa. Menurutnya angka itu bisa tercapai dengan salah satunya melakukan peningkatan dan kemandirian ekonomi.
“Gorontalo masih bergantung pada belanja pemerintah. Saya sudah menyampaikan ini kepada pimpinan-pimpinan perguruan tinggi di Gorontalo. di Teluk Tomini ini, ada 3000 desa. Kalau setiap desa ada 30 orang yang masuk Perguruan Tinggi, maka jumlah 100 ribu mahasiswa sudah bisa dicapai. Kalau jumlah itu akan dicapai dalam 4 tahun, maka, berarti cukup dengan 10 orang yang kuliah setiap tahunnya” Terang Eduart Wolok
Eduart menyimpulkan jika ada 100 ribu mahasiswa yang kuliah di Gorontalo, dengan 80 persennya berasal dari luar daerah maka sekitar 2 trilyun uang yang masuk di Gorontalo.(Rilis)