Produsen Minuman Keras Jual Penyanitasi Tangan dengan Harga Terjangkau

Warga antre untuk membeli penyanitasi tangan dari Twin Valley Distillery di Rockville, negara bagian Maryland, Senin, 23 Maret 2020. (Foto: Vina Mubtadi/VOA)

MARYLAND – Seperti kebanyakan orang, Imelda Budiman kesulitan mencari penyanitasi tangan di berbagai toko di sekitar rumahnya di Kota Potomac, negara bagian Maryland. Diaspora Indonesia ini lalu memutuskan untuk mencoba membuat sendiri.

Berbekal informasi dari Google, ia menemukan resep sederhana untuk membuat penyanitasi tangan. Hanya perlu tiga bahan, yaitu alkohol, gel lidah buaya (aloe vera) dan wewangian. Sayangnya, bahan-bahan ini pun sudah mulai hilang dari pasaran.

Kalaupun ada, harganya membengkak, katanya kepada VOA. Misalnya, saja alkohol yang biasanya bisa dibeli seharaga $4-5 per 16 oz (sekitar 473ml), Imelda kini harus membayar $25 atau sekitar 5 kali dari harga normal.

Read More

“Terus aloe veranya ini sekitar 20 dolar. Total sekitar 60 dolar lah. Jadinya cuma sekitar 4 botol kecil (penyanitasi tangan). Mahal.”

Sejak merebak, penyanitasi tangan termasuk salah satu produk yang paling banyak diborong oleh konsumen. Akibatnya stok menipis.

Untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang tinggi, sejumlah pabrik minuman beralkohol yang biasanya memproduksi minuman keras seperti whiskey dan bourbon, kini mulai memproduksi penyanitasi tangan.

Hal ini memungkinkan karena mereka sudah memiliki bahan dasar utama, yaitu alkohol.

Sebotol penyanitasi tangan berukuran 4 oz (118 ml) dijual Twin Valley Distillery seharga kurang dari $5. (Foto: Vina Mubtadi/VOA)

Seperti yang dilakukan Twin Valley Distillery di kota Rockville, negara bagian Maryland. Pemiliknya Edgardo Zuniga, mengatakan kepada VOA, dia telah menjual lebih dari 3.000 botol berukuran 4 oz (118 ml). Produk penyanitasi tangan Twin Valley dijual seharga sekitar $5 per botolnya.

Edgardo mengatakah dia tak mau mengambil keuntungan besar, meski bisnis utamanya merugi 75 persen sejak COVID-19 merebak.

“Tidak, kami tidak menghasilkan banyak uang. Beberapa orang berusaha membantu bisnis kami dengan membeli 1-2 botol minuman beralkohol yang di toko kami,” kata Edgardo.

“Kami menjual penyanitasi tangan hanya seharga sekitar 5 dolar per botol. Kami tidak dapat keuntungan besar. Kami hanya ingin menyediakan sesuatu untuk membantu masyarakat,” imbuhnya.

Hal serupa dilakukan Falls Church Distillers, produsen minuman beralkohol di Kota Falls Church, negara bagian Virginia.

Pendirinya, Michael Paluzzi, mengatakan penting untuk mendorong semangat masyarakat dan tidak memanfaatkan rasa takut mereka dengan menaikkan harga.

“Harga adalah faktor penting bagi kami. Kami tidak menaikkan harga. Kita tahu banyak orang memborong tisu toilet atau penyanitasi tangan, dan banyak yang menaikkan harga gila-gilaan. Itu yang ingin kami lawan, apalagi banyak orang yang membutuhkan,” tutur Michael.

Dwitra Zaky membeli setengah galon penyanitasi tangan dari Falls Church Distillers di Falls Church, negara bagian Virginia, Maret 2020. (Foto courtesy: Dwitra Zaky)

Upaya ini disambut baik oleh masyarakat sekitar, tak terkecuali diaspora Indonesia. Seperti Dwitra Zaky yang mendatangi tempat itu pekan lalu dan membeli penyanitasi tangan untuk keluarganya.

“Setiap orang hanya boleh beli setengah galon. Itu sekitar 16 dolar, tapi lumayan sih dengan setengah galon itu. Sampai di rumah saya bagikan ke kotak-kotak kecil bisa sampai 7 atau 8. Saya taruh di mobil, satu. Satu, saya kasih ke anak saya dan suami,” katanya.

“Bagus juga ya mereka sambil caring (perhatian.red) ke community (masyarakat),” tambahnya.

Edgar dari Twin Valley Distillery mengatakan akan terus memproduksi penyanitasi tangan selama masyarakat membutuhkan dan selama bahan baku tersedia.

Menurut sebuah asosiasi produsen minuman beralkohol di AS, langkah pengalihan produksi ke penyanitasi tangan ini sudah dilakukan sedikitnya 75 persen produsen minuman beralkohol di AS. [**]

Sumber Berita dan Foto:

Related posts