Gorontalo – Pemilik akun ‘Imrannento Imran’ akhirnya menemui wartawan untuk memberikan klarifikasi, terkait postingannya yang diduga melecehkan profesi wartawan. Kedatangan Imran Nento, Sabtu (22/6/2019) itu, sekaligus menyampaikan permohonan maafnya secara langsung atas postingannya tersebut.
Melalui konfrensi pers, Imran menceritakan kronologis awal kejadian itu pada dua malam sebelum dia mengomentari percakapan di akun Facebook. Pembicaraan itu bersama mantan Kajati Gorontalo Firdaus Dewilmar, yang disaksikan Jeferi Rumampuk dan salah satu Wartawan Online.
“Tidak ada niat sedikitpun untuk menjeneralisir wartawan. Yang dimaksud dalam postingan komentar itu sebenarnya adalah, ketika objek Pantai Kota Ratu mulai beroprasi, itu menjadi sumber informasi dan pemberitaan Wartawan. Kalaupun ada yang menyalahgunakan (memanfaatkan situasi), itu hanya oknum saja,” ungkap Imran di hadapan para wartawan.
Menurutnya, pada saat itu Kajati Gorontalo meminta untuk meluruskan pemberitaan tentang Bupati Boalemo Darwis Moridu, yang seolah-olah meminta izin kepada Kajati Gorontalo terkait pemanfaatan mangrove sebagai lokasi wisata.
“Disampaikan Pak Kajati saat itu. ‘Saya bukan Bupati dan juga bukan Gubernur yang bisa memberikan izin kepada Pemerintah Daerah ataupun Bupati’ terkait pemanfaatan mangrove,” ujar Imran menirukan permintaan Kajati Gorontalo saat itu, untuk di sampaikan kepada publik.
Kajati Gorontalo sendiri kata Imran, mengindikasi jika sudah ada oknum Wartawan yang memanfaatkan persoalan itu. Siapa nama oknum Wartawan itu, Imran menyarankan untuk mempertanyakan langsung pada Kajati Gorontalo.
“Jadi awal mula permasalahaan ini dari narasumber langsung (mantan Kajati Gorontalo_red). Demi Allah, atas nama Tuhan, saya tidak pernah bermaksud untuk mengenalisir teman-teman wartawan atas ucapan saya itu. Sehingga saya mohon untuk kesekian kalinya dan ingin beroleh restu dari teman-teman,” ucap dia.
Sementara itu, perwakilan Wartawan Gorontalo Helmi Rasid yang ditemui terpisah mengatakan pihaknya mengapresiasi, dan sebagai manuasia tentunya harus saling memaafkan kesalahan. pihaknya serta rekan rekan dari berbagai media tetap memberi ruang untuk hak jawab. Tapi, persoalan proses hukum tetap jalan. (rls/idj)