Gusman Heriadi Tampilkan Karyanya Lewat Pameran Tunggal ‘Deep Skin-Skin Deep’

Gusmen Heriadi yang memerkan hasil karyanya dalam pameran tunggal melalui Ciptadana Art Program 2018/2019 di Solo. Foto : istimewa

Jakarta – Tahun ini Ciptadana Art Program kembali hadir dan menampilkan karya-karya dari seniman asal Sumatera Barat yang kini menetap dan berkarya di Jogjakarta, GusmenHeriadi. Gusmen Heriadi lahir pada tahun 1974 di Pariaman, Sumatra Barat dan lulus dari Institut Seni Indonesia (ISI) pada tahun 2005.

Sebagian besar objek yang diangkat oleh Gusmen didalam karya-karyanya merupakan wujud metafora dari perasaan dan perdebatan mengenai isu budaya dan tradisi dalam kehidupan modern bermasyarakat. Sebagian besar karya yang diciptakan adalah bukti nyata dari beragam impian, tanggapan perihal kehidupan dan padangan filosofis sang seniman.

Pemikiran filosofis dan kritis yang banyak ditampilkan dalam karya-karyanya merupakan hasil dari perkebangan kultur dan budaya disertai kebiasaan sehari-hari dan pengaruh dari luasnya pergaulan seni dan proses pembelajarannya.

Read More
banner 300x250

EmmoItaliander, selaku kurator seni Ciptadana Art program menjelaskan “Sebagaimana kami kerap menampilkan dari tahun ke tahun, Cipta dana Art program kembali hadir dalam mempromosikan dialog yang menjembatani komunitas bisnis di Indonesia dan dunia seni yang dinamis. Gusmen kerap menampilkan karyanya dalam dua decade terakhir dan kami sangat antusias untuk dapat menampilkan karya-karya sang seniman didalam program kami tahun ini”.

Dalam karyanya saat ini, Gusmen Heriadi mengeksplorasi kebanggaan akan ‘identitas’ manusia dan bagaimana kebanggaan tersebut berdampak pada lingkungan dan kehidupan makhluk lainnya melalui pendefinian dari segi ‘esensi’ dan ‘status’.

Sang seniman mengilustrasikan ‘esensi’ sebagai sesuatu yang mendefinisikan manusia dan semua makhluk hidup di sekitarnya. Apa sajakah hal yang membentuk kita? apa yang memisahkan kita? apa yang kita bagikan? Dan tentu saja, apa yang kita abaikan? Sikap dan rasa hormat terhadap semua makhluk hidup harus sama, tapi sebagaimana dinyatakan oleh para babi penguasa dalam ‘Animal Farm’ karangan penulis ternama George Orwell, “Semua hewan memang setara, tapi beberapa lebih setara daripada yang lainnya”.

Di dunia kita, ‘esensi manusia’ adalah segalanya, saat semua makhluk lain dianggap sebagai barang komoditas atau konsumsi. Kurangnya rasa hormat dapat membahayakan masa depan semua makhluk di mukabumi.

‘Status’ sejatinya berhubungan dengan penempatan individu dalam hubungannya dengan individu lain disekitarnya, terutama terkait dengan posisi sosial maupun profesional dan terkait dengan keadaan dan situasi.

Bagi sebagian besar manusia, status menggambarkan posisi mereka didalam komunitas dan kehidupan bermasyarakat, baik berupa keberhasilan, pencapaian, ataupun kepemilikan. Bagi hewan, status sifatnya lebih kritis karena menentukan posisi mereka pada rantai evolusi dan kesintasan; terancam, dihargai atau bahkan rentan.

Dalam upaya meraih status yang seringkali dilakukan dengan segala cara, manusia bisa keliru menerapkan nilai menurut persepsi merupakan nilai sejati sehingga mengorbankan dan menguras sumber daya yang berharga atau bahkan seluruh spesies dalam upaya untuk membuat manusia lain terkesan dan memanjakan ego mereka sendiri. Sumber daya yang terbatas terancam habis akibat gengsi yang tak terbatas.

Sang seniman Gusmen Heriadi menjelaskan “Pada akhirnya, perilaku seperti ini yang saya amati menyebabkan kelelahan dalam menghadapi kesia-siaan yang tak terbatas. Baik ‘esensi’ maupun ‘status’ menentukan berbagaihal yang terjadi di sekeliling kita. Melalui berbagai eksplorasi, saya mencoba menerjemahkankondisi manusia yang sayaamatiini ke berbagai dan karya seni yang akan dipamerkan di Ciptadana Art Program tahun ini”. (rls)

Baca berita kami lainnya di

Related posts

banner 468x60