Gorontalo – Sejarah perjalanan pesantren di Indonesia adalah bagian penting dari sejarah bangsa. Hal ini diungkapkan Eduart Wolok yang juga Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Provinsi Gorontalo, dalam Diskusi Publik “Eksistensi Pondok Pesantren di tengah isu Hoax, Politik Identitas dan Keberagaman” yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Pondok Pesantren Al Huda Gorontalo, Sabtu (27/10/2018), di Aula Rumah Dinas Walikota Gorontalo.
Eduart menyatakan bahwa pondok pesantren yang selama ini telah melahirkan banyak kader terbaik bangsa, penting untuk terus dijaga dan dirawat demi pengembangan sumber saya manusia umat Islam. Pesantren di Indonesia yang kini berjumlah puluhan ribu sangat penting untuk dikembangkan menjadi pesantren yang lebih transformatif.
“Di era revolusi industri 4.0 ini, transformasi pesantren menjadi sangat urgen. ISNU mendorong agar pesantren bisa mengakomodasi isu kekinian seperti digitalisasi. Saat ini jumlah pesantren yang pengembangan kurikulum dan mutu pendidikan dengan berbasis digital masih terbatas,” ujar Eduart yang juga lulusan Program Doktor Manajemen Strategik Institut Pertanian Bogor.
Menurut pria yang kini menjabat sebagai Direktur IBD Universitas Negeri Gorontalo ini, basis teologis pesantren tetap harus kuat, karena ini yang menjadi dasar dan prinsip kehidupan pesantren.
“Apalagi jika pesantren bisa menjadi bagian dari penguatan industri kecil menengah yang kini sedang digaungkan Pemerintah Pusat, sehingga kapasitas sumber daya manusia pesantren tidak saja menguasai kitab kuning dan praktek keagamaan yang kuat, namun juga memiliki kapasitas berdagang seperti yang dicontohkan Rasulullah silam”, jelasnya.
Eduart berharap, kedepan ISNU sebagai anak kandung ideologis Nahdlatul Ulama menjadi pendukung utama dalam mendorong pesantren menjadi lebih kuat dan tangguh di Indonesia khususnya di Gorontalo. (rls/idj)