Pojok6.id (Gorontalo) – Puncak perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, di Masjid Al-Taqwa Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, berlangsung meriah, Minggu (16/10/2022).
Sejak pagi hari, masyarakat setempat dan dari daerah sekitarnya sudah datang mengunjungi pusat perayaan. Arak arakan tolangga, usungan tempat kue, dibawa warga menuju masjid.
Tolangga berisi ragam kue tradisional seperti kolombengi, sukade, wapili dan sebagainya. Ada juga yang dimodifikasi dengan ditambahkan kopi kemasan dan makanan ringan. Pada bagian bawah ada toyopo, terbuat dari anyaman janur kuning, tempat menaruh nasi, ikan dan ayam yang sudah dimasak.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo Rifli Katili menyebut perayaan walima di Desa Bongo mengumpulkan 116 Tolangga dengan jumlah kue kolombengi dan sejenisnya sebesar 57.222 buah. Rifli menyampaikan salam dan permohonan maaf Penjabat Gubernur Gorontalo Hamka Hendra Noer yang berhalangan hadir.
“Atas nama pak gubernur memohon maaf ketidakhadiran karena beliau harus ke Jakarta. Kami menyampaikan salam hormat beliau kepada masyarkat Bongo. Peringatan Maulid Nabi Muhammad ini adalah ikon Desa Bongo. Jadi perayaannya memang selalu lebih ramai,” ucap Rifli Katili.
Rifli menambahkan, perayaan maulid merupakan bentuk kecintaan umat Islam di Gorontalo kepada baginda Rasulullah, sehingga di daerah ini terus dilestarikan. Peringatan maulid di Gorontalo sendiri diperingati oleh seluruh daerah tapi di Bongo ini memang terkenal dengan yang paling terbesar dan meriah.
“Momentum perayaan maulid nabi Muhammad SAW adalah momentum kita untuk meneladani sifat kenabian beliau. Hari ini buktinya yang hadir ribuan orang bukan cuma dari Gorontalo, tadi saya tanya ada dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Tentu ini semakin menjadikan Bongo adalah pusat wisata religi di Gorontalo,” tuturnya.
Tradisi Walima di Masjid At Taqwa dimulai sehari sebelumnya (Sabtu) malam dengan prosesi Dikili, yaitu dzikir yang berisi shalawat dan kisah Nabi Muhammad SAW yang dilantukan dalam bahasa daerah Gorontalo. Dikili dimulai setelah shalat Isya berjamaah hingga pagi hari. Sebanyak 185 orang pedzikir mengikuti Dikili di masjid tersebut.
Selain itu, sebagai bentuk jamuan untuk keluarga, kerabat, sahabat ataupun pengunjung yang sekadar datang untuk menyaksikan maulid, masyarakat menyediakan makanan di setiap rumahnya. Ketika pulang, tamu yang datang akan diberi kue kolombengi sebagai bingkisan dari Desa Bongo. (adv)