Pojok6.id – Lakukanlah dengan suka hati, maka semua akan lebih mudah. Begitu kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI, Wikan Sakarinto, Senin 28 Maret 2022, dalam pertemuan virtual dengan kami wartawan.
Wikan bicara bagaimana masa depan pendidikan menjadi hal menyenangkan. “Do what you love, Love what you do. Bekerjalah pada passion, bekerja aja sudah bahagia apalagi dapat penghasilan,” Katanya.
Sebagai Dirjen pendidikan vokasi, Wikan miliki tugas membantu Menteri Nadiem Makarim mewujudkan misi pemerintah mewujudkan Indonesia emas 2045. Menjalankan arahan presiden Jokowi terkait pengembangan Pendidikan.Sebelum menjabat dirjen pendidikan vokasi, Wikan merupakan dosen teknik permesinan di Universitas Gadjah Mada. Selebihnya, Wikan Sakarinto adalah konten kreator YouTube. Ia telah memiliki ratusan ribu subscriber.
Wikan mengatakan penyelenggaraan pendidikan generasi saat ini tidak sebatas naik kelas, belajar di sekolah favorit atau kuliah di kampus ternama hingga menjadi sarjana muda. Tidak cukup sampai disitu. Katanya tujuan pemerintah saat ini ingin melahirkan generasi berkarakter, penerus masa depan bangsa Indonesia.Indonesia menuju 1 abad pada tahun 2045, akan menghadapi tantangan ketersediaan lapangan kerja, kedaulatan pangan, produktivitas SDM nasional dan perubahan pekerjaan di masa depan. Sehingga menurutnya, tidak cukup hanya pemerintah saja yang mempersiapkan itu. “Anak dan orang tua anak jadi penting.” Katanya
Ia kemudian memaparkan bagaimana Kemenristekdikti merumuskan instrumen pendidikan vokasi yang terintegrasi dengan dunia kerja “Link and Match 8+i” : kurikulum disusun bersama, pembelajaran berbasis project riil dari dunia kerja (PBL), jumlah dan peran guru/dosen/instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja, magang atau praktik kerja di dunia kerja, sertifikasi kompetensi, Dosen / Guru / instruktur, riset terapan mendukung teaching factory/Teaching industry, komitmen serapan lulusan.Dengan pendidikan vokasi, setiap peserta didik diminta bersiap menentukan tujuan dan cita-cita sesuai minat, belajar sesuai dengan panggilan jiwa hingga membentuk passion.
“Masuk SMK itu di butuhkan pasion dan mainset yang sudah clear. Jangan sampai masuk SMK karena nggak pahan, nggak punya passion itu bahaya. Itu menikah tanpa cinta,” Katanya berseloroh.
Ia memaparkan bagaimana kondisi Indonesia tahun 1970 hingga 2018 dengan tingkat produktivitas terendah di kawasan Asia berdasarkan data Asian Productivity Organization (APO). Indonesia dibawah: Malaysia, Thailand, Vietnam, India dan China.Sementara menurut data world competitiveness rankings Ranking 2021, Indonesia Indonesia berada di ranking 37. Berada satu tingkat dibawah negara Jepang. Hal itu menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan mengingat Indonesia dibandingkan pada tahun 2020 berada pada ranking 40.
Menurutnya pemerintah dengan seluruh kebijakannya menciptakan ekosistem pendidikan berkesinambungan hingga 18 episode: merdeka belajar, kampus merdeka, penyesuaian dana bos, organisasi penggerak, guru penggerak, transformasi dana pemerintah untuk pendidikan tinggi, sekolah penggerak, SMK pusat keunggulan, KIP kuliah merdeka, perluasan program beasiswa LPDP, kampus merdeka vokasi, sekolah aman berbelanja bersama siplah, kanal indonesiana, kampus merdeka dari kekerasan seksual, kurikulum merdeka dan platform merdeka mengajar, akselerasi dan peningkatan pendanaan paud dan pendidikan kesetaraan, revitalisasi bahasa daerah, merdeka berbudaya dengan dana Indonesiana.
Strategi dan kebijakan saat ini, kata Wikan membentuk fondasi literasi, numerasi, kreativitas, dan berpikir kritis hingga menciptakan: passion, potensi bakat dan minat siswa, melahirkan softskills, hardskills, kompeten, hingga lahir lulusan dengan kompetensi softskills, karakter hardskills.
“Kalau sampe anak-anak kita belajar dengan senang. Tugas guru dan dosen itu menjadi sangat gampang,” Katanya.
Wikan mengatakan mewujudkan Indonesia emas 2045, yang siap bersaing di dunia kerja, berkarakter dan siap menjadi generasi penerus bangsa Indonesia juga tergantung pada orang tua masing-masing peserta didik. Tidak sebatas do’anya.Pengawasan orang tua sangat menentukan karakter anak termasuk mendukung dunia pendidikan anak.
“Jangan cuma sekedar nyari gelar ijazah tapi nggak sesuai karakternya,” katanya.
Ia mengatakan seluruh instrumen yang dibangun pemerintah akan sia-sia, jika tanpa dukungan orang tua. Harapannya adalah orang tua dapat mendampingi bakat anak di setiap jenjang pendidikan.
“itu yang kita ajarkan kepada ibu-ibu bapak-bapak yang punya anak SMP atau yang punya anak mau kuliah itu, inputnya harus passion. Milih prodi, sekolah itu harus passio ” Jelas dia mengakhiri. (Nal)