GORONTALO – Museum Popa Eyato masih kesulitan mencari koleksi benda purbakala di Gorontalo. Hal itu diungkapkan oleh Suharto Nasaru, Kasubag Tata Usaha Museum Popa Eyato.
Suharto mengatakan bahwa, dalam setahun pihaknya menargetkan 50 benda purbakala di museum Popa eyato. Namun target tersebut belum tercapai karena dalam setahun museum yang berdiri sejak tahun 2015 itu baru mengumpulkan sekitar 20 benda purbakala.
“Sebenarnya untuk target kita di RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) itu targetnya 50 tapi tahun ini tidak mencapai,” kata Suharto saat ditemui di museum Popa Eyato.
Menurut Suharto, kesulitan dalam mencari benda purbakala juga dipengaruhi dengan sistem kelembagaan di Gorontalo. Museum Popa Eyato yang hanya dinaungi oleh Dinas Pendidikan Olahraga dan Kepemudaan itu tidak memiliki lembaga turunan lain, sehingga mempengaruhi dalam pencarian benda purbakala hingga ke pelosok desa.
“Dulu itu masih mudah mencari koleksi waktu masih Sulut (Sulawesi Utara) sebab apa? UPT Museum Purbaka Sulut itu kan di bawah Kanwil Dikbud Sulut. Dikbud itu ada Kandep Dikbud di kabupaten/kota, kemudian di kecamatan ada Kandep Dikbud Kecamatan, di Kandep Dikbud Kecamatan ada penilik kebudayaan,” jelasnya.
Selain dipengaruhi oleh sistem kelembagaan, menurut Suharto juga diakibatkan oleh kurangnya pendekatan dan sosialisasi kepada masyarakat terkait benda purbakala hingga ke pelosok desa untuk mendapatkan barang purba di desa.
“Kita setiap tahun itu hanya dua kali turun, karena dananya terbatas, karena kalau mau cari itu kita tidak hanya satu dua hari. Butuh pendekatan kepada masyarakat dan membutuhkan waktu yang lama, sementara kalau kita turun itu dibatasi tiga hari perjalanan dinas jadi agak sulit,” ungkapnya.(IYS)