BANDUNG – Beberapa masjid rancangan Ridwan Kamil, termasuk satu di Tol Cipularang, dituding memakai simbol illuminati dan jadi kontroversi di dunia maya. Gubernur Jawa Barat ini pun angkat bicara dalam sebuah forum terbuka.
Kontroversi ini berawal dari sebuah video ceramah yang diunggah ke Twitter. Dalam video itu, nampak ustad Rahmat Baequni mengkritik desain Masjid Al Safar rancangan Ridwan Kamil. Masjid di rest area KM 88 B Tol Cipularang itu dia nilai sarat akan simbol-simbol illuminati seperti segitiga.
“Ini pintu masuknya, dan lihat ini segitiga semua, bahkan ketika masuk ke dalam. Ini segitiga, satu mata,” ujarnya dalam video tersebut.
Tweet 30 Juni itu sampai saat ini sudah mendapatkan 4,215 retweets dan 6,761 likes.
Ridwan Kamil menampik tuduhan itu dan mengatakan Al Safar dirancang dengan inspirasi geometri. Seni geometri sendiri, ujarnya, adalah kekhasan seni dalam peradaban Islam.
“Tidak bisa dihindari yang namanya bentuk segitiga, yang namanya bentuk jajaran genjang, yang namanya lingkaran. Ini keindahan arsitektur Islam. Sampai ada tutorial membentuk kaligrafi Islam,” ujarnya ketika bicara dalam diskusi di Bandung.
Kang Emil, begitu ia biasa disapa, sudah membuat klarifikasi baik di Twitter maupun Instagram pribadi. Namun, ini kali pertamanya dia berbicara di forum terbuka.
Dalam pertemuan yang digelar di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat, Senin (10/6/2019) pagi itu, Ridwan Kamil bertemu langsung denganRahmat Baequni. Forum ini ditengahi oleh Ketua MUI Jawa Barat, Rachmat Syafei. Acara ini diikuti ratusan orang yang membludak ke luar ruangan karena kapasitas tempat diskusi tidak mencukupi.
Al Safar Terinspirasi Bentuk Alam
Kang Emil menjelaskan, desain Al Safar terinspirasi dari bentuk alam yang tidak beraturan. Untuk membangun bentuk tidak beraturan, dia menggunakan teknik lipatan seperti origami Jepang.
“Dengan melipat, kita bisa membentuk bentuk tidak beraturan jadi berdiri. Bentuk tidak beraturan ini secara alami membentuk segitiga dalam melipatnya supaya bisa berbelok,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, RK juga mencontohkan banyak masjid yang memiliki bentuk-bentuk segitiga dalam desainnya. Misalnya masjid Al Ukhuwah dekat Balaikota Bandung, Masjid Raya Jakarta, bahkan mihrab di Masjid Nabawi, Arab Saudi. Namun, masjid-masjid itu lepas dari kontroversi.
“Kenapa tidak heboh? Mungkin karena arsiteknya bukan pak Ridwan Kamil. Karena tidak akan jadi viral, tidak akan jadi ramai, tidak akan jadi sumber cemooh. Padahal banyak (yang lain),” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.
Pengamat: Isu Illuminati Digemari
Pengamat politik Jawa Barat Adiyana Slamet mengatakan, isu illuminati mudah berkembang di Jawa Barat karena kultur masyarakatnya yang religius. Apalagi, ujarnya, wacana ini dimulai oleh seorang yang dianggap memahami agama.
“Saya yakin, pada konteks tanda atau simbol yang terkandung dalam masjid Al Safar itu, sebenarnya kalau tidak dimunculkan oleh ustadz atau ulama itu tidak akan kontroversial,” ujar kandidat doktor komunikasi politik Universitas Padjadjaran ini.
Adiyana mengingatkan, isu-isu seperti ini kerap dimanfaatkan kelompok tertentu.
“Apalagi di Indonesia isu-isu politik identitas yang dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu. Misalkan untuk coba men-downgrade elektabilitas pesaing. Itu pasti akan digunakan oleh kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan yang sangat besar.
Dia mengatakan, politik identitas akan merusak tatanan demokrasi karena ‘menggiring irasionalitas pemilih’. [*]
Sumber Berita dan Foto: VoA Indonesia