Jakarta – Penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang masih menimbulkan tanda tanya besar.
Pasalnya, pesawat yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Bekasi, Jawa Barat kemarin ini tergolong pesawat baru. Pesawat jenis Boeing 737 Max 8 ini baru dua bulan mengudara dan memiliki 800 jam penerbangan. Selain itu, Pilot dan Co-Pilot pun sudah berpengalaman dan mempunyai jam terbang yang cukup.
Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo kepada VOA Selasa (30/10), menduga ada permasalahan pada mesin, karena menurutnya walaupun tergolong baru, bukan berarti bahwa mesin tersebut tidak bisa mengalami masalah atau kerusakan.
“Ada something wrong with the engine. Ini juga enginebaru. Pesawat atau mesin baru selalu ada masalah yang disebut BB sickness. Saya yakin sekali mesin dipasang di pesawat atau pesawat brand new dari boeing itu sebelumnya dilakukan penerbangan sekian ribu jam. Itu diwajibkan, sebelum dapat sertifikasi untuk diproduksi. Itu udah lewat sehingga kejadian tidak diduga bisa saja terjadi,” jelasnya.
Meski begitu, Dudi menyebut bahwa sebenarnya pesawat jenis Boieng 737 Max 8 ini mempunyai riwayat atau track record yang cukup bagus. Boeing sendiri sudah menyerahkan sebanyak 130 pesawat Boeing 737 Max 8 kepada berbagai operator di dunia, salah satunya Lion Air. Namun, dari 130 pesawat tersebut, baru pesawat yang dibeli oleh Lion Air saja yang mengalami kecelakaan.
Selain itu, kata Dudi, pesawat tersebut juga memiliki berbagai kelebihan yaitu bisa menghemat bahan bakar hingga 40 persen dan mempunyai jangkauan terbang yang lebih jauh, sehingga seharusnya hambatan di udara bisa dikurangi.
Dudi juga yakin bahwa pesawat tidak meledak seperti yang didengar oleh saksi mata di sekitar tempat kejadian. Menurutnya, ledakan itu terjadi karena ada tabrakan antara pesawat dengan air laut ketika jatuh ke laut. Ditambah dengan tekanan yang ada pada air laut, pesawat tersebut hancur menjadi beberapa bagian.
“Enggak meledak. Ledakan itu terjadi karena impact di atas laut, ketika pesawat jatuh impact dia pecah. Tapi saya liat impact-nya tidak menukik langsung ya. Ledakan itu bukan karena ledakan BBM atau apapun, tapi karena impact dengan air,” jelasnya.
Menurutnya, ke depan pihak Lion Air sendiri harus bisa meningkatkan kualitas maintenance atau pemeliharaan mesin-mesin pesawat. Dia berpendapat, hal itu penting meski dia yakin bahwa Lion Air sudah melakukan yang terbaik dari segi maintenance.
Peristiwa kecelakaan ini, kata Dudi tentu akan mencoreng nama Indonesia di mata internasional, meski sebenarnya tidak ada kecelakaan pesawat dalam setahun belakangan ini dan sudah diperbolehkannya maskapai penerbangan Indonesia untuk terbang ke wilayah Eropa. Dampak dari kecelakaan ini pun langsung direspon oleh dunia internasional, salah satunya pihak Australia yang melarang warganya untuk terbang dengan Lion Air.
Menanggapi hal ini, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam keterangan tertulisnya meminta Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk segera melakukan tindakan penyelamatan dan evakuasi, serta melakukan penyelidikan terhadap penyebab terjadinya kecelakaan pesawat tersebut.
Selain itu, agar kejadian ini tidak terjadi lagi pada masa depan, pihaknya pun mendorong Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai regulator untuk mengoptimalkan pelaksanaan ramp check (pemeriksaan kelaikan pesawat) sebelum terbang secara rutin.
Faktor penting lainnya yang menurut Bamsoet bisa mencegah kecelakaan pesawat adalah mendorong Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk selalu menginformasikan kondisi cuaca terkini kepada Air Traffic Control (ATC) dan pilot pesawat. [*]
Sumber Berita dan Foto : VoA Indonesia