GORONTALO – Menurut kepercayaan masyarakat Gorontalo, arwah atau roh orang yang sudah meninggal dunia, arwahnya tidak akan segera meninggalkan keluarga yang ditinggalkan. Nah, dengan tradisi mutimualo (mandi arwah) itu, menurut kepercayaan mereka, roh dapat pergi meninggalkan keluarga duka dengan tenang di alam kedua setelah kematian.
Tradisi mutimualo ini dilaksanakan sebagian masyarakat Gorontalo setelah prosesi doa arwah hari ke-7 pasca kematian yang dipimpin oleh hulango (dukun kampung). Selain melepas atau memisahkan arwah dengan keluarga duka, konon tradisi itu juga dipercayai untuk mengurangi rasa kesedihan keluarga yang ditinggalkan.
“Ini juga bikin keluarga duka hilang kesedihannya. Ya, walaupun tidak akan hilang semuanya,” kata hulango, Siti Hadijah Tahe (63), usai memimpin upacara adat mutimualo di sungai Bone, Kelurahan Botu.
Hulango asal Molosipat Kota Gorontalo itu mengatakan sebelum proses mandi arwah dilakukan keluarga yang berduka. Seorang hulango akan memerintahkan keluarga yang paling tua untuk duduk di sebuah parut kelapa yang dibuat dari bahan kayu dan memiliki ujung besi bergerigi.
Setelah keluarga duduk, dibarengi dengan keluarga yang lainnya. Siti juga mengatakan, proses selanjutnya hulango akan menyiram seluruh keluarga dengan air perasan kelapa yang sudah diparut. Kemudian hulango melanjutkan dengan memercikan air dengan tongkol atau seludung pinang yang masih muda.
“Semua itu (proses mandi mutimualo) ada doa-doanya. Sambil disiram juga ada doanya. Tadi itu terakhir. Memecah kelapa lagi, airnya disiramkan terus dijatuhkan di air sungai, apakah dia tengkurap atau terlentang. Kalau dia terlentang arwahnya sudah lepas.” katanya.
Usai rangkaian prosesi mutimualo selesai. Siti Hadijah berharap keluarga duka tak lagi berlarut-larut dengan kesedihan dan berharap keluarga yang meninggal dapat pergi dengan tenang.(IYS)