Kabupaten Gorontalo – Pasca mundurnya mantan Bupati Gorontalo David Bobihoe dari daftar Bacaleg Partai Golkar Provinsi Gorontalo, mendapat tanggapan dan analisis dari berbagai kalangan. Ada yang mengatakan ini sebagai musibah bagi Partai Golkar Kabupaten Gorontalo, seperti yang dikatakan Jefri Polinggapo di salah satu media, dan ada juga yang mengatakan kejadian ini justru hal yang biasa bagi partai berlambang pohon beringin tersebut.
Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Hikmat Ishak, Wakil Ketua AMPG Kabupaten Gorontalo, yang mengatakan, bahwa Partai Golkar mungkin menjadi satu-satunya partai yang sarat akan pengalaman, dan sudah melewati asam garam dunia politik di Indonesia.
“Dimana saat ini Partai Golkar baik di tingkat nasional maupun di Gorontalo, sudah tidak terikat lagi secara politik dengan ketokohan figur tertentu. Lihat saja beberapa figur yang keluar masuk, tidak memberikan efek yang signifikan terhadap Partai Golkar,” kata Hikmat.
Karena menurutnya, Partai Golkar yang bertahan hingga kini masih menjadi salah satu partai besar di Indonesia, sudah pernah menghadapi situasi dan segala dinamika politik. “Maka yang dibutuhkan partai dengan tipe seperti Golkar ini, hanyalah sebuah kerjasama tim yang baik serta kepemimpinan yang tangguh,” ujarnya.
Labih lanjut Hikmat menjelaskan, justru Partai Golkar dibawah kepemimpinan Hendra Hemeto yang menggantikan ketua sebelumnya, menjadikan suasana lebih nyaman dan rasional dalam melakukan pergerakan dinamika politik.
“Karena partai tidak lagi tersandera oleh target-target personal orang per orang dalam partai, apalagi dengan gaya kepemimpinan yang masih menggunakan pola-pola lama,” lanjut Hikmat.
Hikmat mengungkapkan, ada beberapa fakta yang dapat membuktikan bahwa ketokohan seseorang dalam politik belum menjadi jaminan kuat akan memenangkan Pemilu. Seperti keyakinan Partai Golkar yang menjagokan Rustam Akili yang saat itu menjabat sebagai Ketua Partai, tapi kandas dua kali dalam Pilkada Kabupaten Gorontalo.
“Belum lagi melihat merosotnya komposisi perolehan suara Golkar dari pemilu ke Pemilu pada Kepemimpinan Golkar Kabupaten Gorontalo sebelumnya, mulai dari 23 Kursi pada Pileg 2004, 9 kursi pada Pileg 2009, dan terakhir hanya tersisa 5 kursi pada Pileg 2014,” ungkapnya.
Sehingga dari fakta ini, Hikmat menambahkan, memang ketekohon itu sifatnya sangat relatif untuk dapat memastikan kemenangan partai, selain kerjasama tim yang baik antar sesama kader. “Kami meyakini bahwa Partai Golkar adalah mesin terbaik pencetak kader, sehingga insya allah tidak akan kehabisan stok pada setiap momentum apapun,” ujar Hikmat menegaskan.
Terakhir Hikmat Ishak meminta, agar Jefri Polinggapo harus lebih banyak memahami secara langsung dinamika politik dilapangan. “Sebab kadang teori-teori yang diperoleh dari buku, sangat berbeda dengan realitas politik yang terjadi dilapangan,” tutupnya. (idj)