Kota Gorontalo – Sepekan menjelang berakhirnya bulan suci ramadhan biasanya ditandai dengan bermunculan para pedagang lampu minyak, yang akan digunakan dalam tradisi tumbilotohe.
Tradisi malam pasang lampu atau Tumbilotohe yang dilaksanakan pada 3 malam terakhir ramadhan, biasanya juga ditandai dengan bermunculannya pedagang lampu minyak dadakan yang memanfaatkan momen tahunan ini.
Namun di tahun ini sepertinya tak akan seindah tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, sejak munculnya lampu hias yang saat ini juga digunakan untuk tumbilotohe modern, berimbas pada pendapatan para pedagang lampu minyak tradisional yang mulai menurun.
Dari pantauan tim pojok6.com dilapangan, pedagang yang membuka lapak dagangannya di ruas jalan Sam Ratulangi Kota Gorontalo, Sabtu (9/6/2018), nampak masih terlihat sepi. Menurut salah satu pedagang mengatakan, pembeli lampu minyak saat ini lebih sepi dibanding tahun sebelumnya.
“Biasanya kami berjualan saat sepekan menjelang lebaran, dan sudah seperti itu sejak dulu. Namun dibandingkan tahun sebelumnya sejak kami membuka lapak sudah ramai pembeli, namun ditahun ini masih sepi seperti ini,” kata Amran, pedagang lampu minyak.
Menurut Amran, kemungkinan hal ini dikarenakan mulai munculnya lampu hias listrik, yang cara penggunaannya lebih mudah dan praktis dibandingkan dengan lampu minyak tradisional atau lampu botol.
“Mungkin masyarakat saat ini lebih suka dengan lampu yang tidak ribet cara memasangnya. Karena jika menggunakan lampu botol, harus juga menyediakan minyak tanah yang kadang-kadang sulit untuk ditemukan,” lanjutnya.
Semoga dengan hadirnya lampu hias listrik, tidak akan mengurangi nilai budaya tumbilotohe yang sudah turun temurun dilakukan oleh masyarakat Gorontalo. (KT-02)