Gorontalo – Pertumbuhan digital di Indonesia masuk sebagai salah satu yang terbesar di dunia. Hingga kuartal pertama tahun 2018, jumlah startup di Indonesia mencapai 1705. Jumlah itu menempatkan Indonesia di urutan keempat di bawah Amerika Serikat (28.794 startup), India (4.713 startup), dan Inggris (2.971). Pertumbuhan ini menjadi sangat pesat, apalagi dengan mulai didorongnya revolusi industry 4.0.
Dalam rangka itu, Eduart Wolok sebagai Direktur Eksekutif IDB Universitas Negeri Gorontalo, akan menargetkan pertumbuhan ekosistem digital yang signifkan di Gorontalo yang berbasis pada startup mahasiswa.
UNG yang kini memiliki jumlah mahasiswa 19.697, punya potensi untuk mengembangkan ekosistem digital. Dari jumlah itu, potensi untuk membangun startup digital sangat banyak dan terbuka.
“UNG memiliki potensi besar untuk pengembangan ekosistem digital, khususnya untuk startup digital. Kami memiliki Prodi, Jurusan dan Fakultas yang memiliki basis gagasan dan ide untuk pengembangan startup digital,” ujar Eduart.
Bahkan Eduart yang juga Doktor Managemen Strategik dari Institut Pertanian Bogor menambahkan, memang perlu sinergitas dan kerjasama yang lebih kuat untuk pengembangan potensi tersebut.
“Dari total jumlah startup, Indonesia menyumbang empat startup yakni Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Startup yang unicorn tersebut memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar. Untuk konteks Gorontalo, kita minimal sudah bisa mendorong 5-10 startup untuk dikembangkan,” ujar Inyo, sapaan akrabnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, untuk tahap awal dalam pengembangan tersebut, atmosfer akademik yang telah menjadi program UNG selama kepemimpinan Syamsu Qamar Badu, akan ditransformasi menjadi sebuah ekosistem yang memberikan angin segar bagi hilirasi hasil riset.
“Karena ekosistem ini mensyaratkan sinergi internal dan kerjasama dengan eksternal sebagai pengguna hasil riset, yang diwujudkan dalam bentuk start up,” tutupnya. (rls/idj)