Pojok6.id – Li’lli Nur Indah Sari, satu diantara pengajar guru Sekolah Dasar (SD) yang menerapkan pembelajaran proyek terhadap siswa, sewaktu pemerintah mewajibkan pembelajaran dalam jaringan (Daring) efek Covid-19. Kala itu, pembelajaran proyek berhasil diterapkan untuk kelas rendah sekalipun seperti kelas I SD.
Lilik mengajar di SD Islam Nurul Hikmah, Kabupaten Tangerang. Kondisi tidak normal mendorongnya untuk memberikan materi pembelajaran tidak biasa. Tujuannya menjaga kualitas pendidikan anak SD.
Belajar mengajar untuk SD tidak semudah SMP dan SMA. Dari jarak jauh sulit mengontrol siswa. Pun penguasaan materi ajar yang diberikan juga sulit dinilai dengan penilaian yang biasa diterapkan. Lilik resah, merasa mentalnya di uji dengan situasi. Pun demikian dengan kepala sekolah SD Islam Nurul Hikmah.
Dari kondisi terburuk itu Lilik kemudian mencoba hal baru. Mencoba pembelajaran proyek: tidak ada materi yang dicatat siswa. Seluruh materinya soal lingkungan rumah. Proyek yang dimaksud ialah membangun kedisiplinan siswa: belajar mengatur tempat tidur sendiri, membantu pekerjaan orang tua, mencuci piring, misalnya. Seluruhnya tentang kehidupan siswa dirumah jadi tema utama proyek pembelajaran siswa kala itu.
Tidak ada buku panduan khusus sekolah tentang pembelajaran proyek. Juga tidak ada soal-soal pekerjaan rumah. “Akhirnya kita menggunakan asesmen proyek,” Ujar Lilik.
Masalah asesmen proyek semakin serius dibahas dan dikembangkan. “Proyek kita namakan ‘menjadi polisi aturan dirumah’ sesuai kondisi rumah masing-masing,” Kata Lilik menambahkan. Keseharian siswa itu selanjutnya diminta untuk diceritakan kepada guru saat pertemuan dalam jaringan berlangsung.
Kisah Lilik diungkapkan dalam pertemuan virtual bersama peserta fellowship jurnalisme pendidikan (FJP) Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) 2022. Dampak pandemi Covid-19 saat itu merubah pola hampir di seluruh sektor termasuk pada bidang pendidikan SD.
“Selama pandemi akhirnya kita dipaksa untuk beradaptasi untuk sistem belajar yang baru memanfaatkan apa yang ada di rumah,” Kata Lilik.
Penerapan pembelajaran proyek juga menurut Lilik telah sesuai kebijakan pemerintah tentang merdeka belajar. Siswa akan belajar lebih disiplin. Proyek belajar siswa tergantung kondisi yang dihadapi. Untuk pemberian nilai kepada setiap siswa tergantung bagaimana perubahan siswa dalam kesehariannya.
Lilik mengatakan pembelajaran ini membutuhkan pengawasan penuh orang tua. Peran orang tua juga menjadi penentu nilai yang diberikan kepada siswa. Pembelajaran ini menjadi menarik sebab masing-masing siswa diminta menceritakan agenda kesehariannya dalam pertemuan dalam jaringan. Menurutnya Ini tidak hanya melatih disiplin setiap siswa namun juga orang tua.
“Tapi menjadi masalah ketika di konteks-kan di kelas 1, bisa nggak ya diajak untuk mengerjakan proyek. Saya bener-bener sudah tidak menggunakan buku. Alhamdulillah guru merasa seperti terfasilitasi dan bisa membawakan pembelajaran yang lebih bermakna,” Tutur Lilik.
Pembelajaran proyek membuat konsep belajar semakin menarik. Pembelajaran benar-benar berlangsung lancar. Konsep asesmen proyek membantu mengembalikan tujuan merdeka belajar. Sementara tugas guru terlaksana dengan maksimal. Lilik mengatakan peran orang tua menjadi salahstatu penentu nilai selama pembelajaran proyek berjalan.
Lilik membuktikan sendiri pembelajaran proyek berhasil diterapkan oleh sekolah. Pembelajaran yang bermakna: siswa belajar disiplin bekerja membantu pekerjaan rumah dari sejak bangun tidur hingga akan tidur kembali.
“Kita minta orang tua melihat konsistensinya. Jadi anak-anak benar-benar melakukan aturan yang ada di rumah. Ternyata bisa,” Kata Lilik yang juga pelatih guru belajar dalam Yayasan Guru Belajar.
Serupa dengan kisah Lilik. Iwan Apriana juga membagikan ceritanya mengenai pembelajaran proyek. Iwan merupakan guru bahasa Indonesia di sekolahnya SMPN 1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg Kabupaten Bandung.
Menerapkan pembelajaran proyek. Dirinya mengatur jadwal materi harian siswa. Tugas siswa adalah menceritakan kembali apa saja yang telah dikerjakan siswa dalam pertemuan daring.
“Dan ini ada perubahan menarik ketika orang tuanya berkomentar. Orang tua senang. Kuota internet tidak tersedot karena jarang bertatap muka,” Kata Iwan dalam pertemuan yang sama melalui virtual bersama peserta FJPP GWPP 2022.
Iwan menuturkan bahwa konsep merdeka belajar yang dicetuskan Kemenristekdikti dinilai guru SMPN 1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg itu menjadi solusi memajukan dunia pendidikan Indonesia.
“Ini adalah bahasa guru tetap beraktivitas agar tetap memberikan pembelajaran kepada siswa tetap menarik. Dan paling penting adalah bagaimana belajar menjadi bermakna,” Pungkasnya. (Nal)