Pojok6.id (Pendidikan) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek) mencatat jumlah perguruan tinggi (PT) Indonesia pada tahun 2020 mencapai 4,593. Setiap daerah memiliki jenis yang beragam dari universitas, institut, sekolah tinggi, akademi,akademi komunitas hingga politeknik.
Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek RI, Nizam mengatakan perguruan tinggi menjadi tumpuan dan harapan bagi setiap mahasiswa mengembangkan potensinya. Setiap PT diharapkan berinovasi menjadi motor penggerak perubahan, tidak sekedar menjadi mesin pencetak sarjana.
Menurutnya setiap mahasiswa memiliki potensi, cita-cita, aspirasi, passion yang berbeda satu dengan lainnya. Sehingga kemerdekaan untuk memilih jalan terbaik mengembangkan potensi diri dapat dilakukan melalui pembelajaran yang fleksibel. Penerapan konsep kampus merdeka merupakan bentuk realisasi kebijakan merdeka belajar untuk mahasiswa.
“Dua sisi yang kita perkuat. Caranya tidak hanya siap untuk bekerja tetapi juga siap menciptakan lapangan pekerjaan, itulah salah satu yang kita akselerasi melalui program merdeka belajar, kampus merdeka. Membangun spirit entrepreneursip kewirausahaan,” ujar Nizam dalam pertemuan virtual dengan peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP), Gerakan Wartawan Peduli Pendikan (GWPP) 2022.
Ia membeberkan data jumlah mahasiswa pada tahun 2020 yang mencapai 8,483,213 mahasiswa dengan berbagai jurusan dan program studi. Sedangkan untuk jumlah program studi (Prodi) Perguruan Tinggi tercatat sebanyak 29,413 Prodi. Keseluruhannya itu di dukung oleh tenaga pengajar 312,890 Dosen.
Namun fakta lain diungkapkan bahwa rata-rata angkatan kerja secara nasional saat ini diisi oleh lulusan sekolah menengah pertama atau SMP. Hal itu menggambarkan kondisi populasi berpendidikan tinggi di Indonesia yang masih rendah.
“Kalau kita lihat dari angka-angka di BPS. Angkatan kerja yang berpendidikan tinggi itu baru 11 persen. Rata-rata angkatan kerja kita baru sekitar 9 tahun atau malah kurang sekitar 8 tahun jadi masih tingkat SMP rata-rata,” Ungkapnya.
Nizam kemudian menjelaskan tentang adanya dampak positif akibat revolusi industri 4.0. Penciptaan lapangan kerja baru yang menuntut kesiapan skill dan kompetensi baru. Katanya, peluang lapangan kerja industri 4.0 tersebut dapat menciptakan 23 juta pekerjaan baru pada masa mendatang.
“23 juta pekerjaan akan digantikan oleh automation hingga 2030,” Paparnya.
Segala kemungkinan tersebut mulai dipersiapkan dengan matang oleh Kemdikbudristek melalui hadirnya kampus merdeka. Kebijakan kampus merdeka memungkinkan mahasiswa memiliki kesempatan menerapkan ide kreativitas yang dimilikinya secara langsung melalui 9 kegiatan kampus merdeka : pertukaran mahasiswa, magang, mengajar disekolah, penelitian, membangun desa, Studi/Proyek mandiri, kewirausahaan mahasiswa, proyek kemanusian dan bela negara. Selebihnya, para lulusan Perguruan Tinggi didorong untuk membuka lapangan kerja baru dibanding menjadi seorang pekerja.
“Jadi perguruan tinggi ini perannya sebagai mesin untuk pembangunan dan berkelanjutan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” jelasnya
Lebih jauh, Kemdikbudristek kata Nizam terus menekan lahirnya PT baru, dengan melakukan penggabungan beberapa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) kecil. Penggabungan PTS diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kinerja setiap perguruan tinggi.
“PTS kecil ini kita dorong untuk menjadi besar. Saya berharap untuk PTS-PTS jadi besar. Caranya bagaimana, ya merger. Sekolah tinggi bergabung menjadi universitas, sekolah tinggi bergabung menjadi Institut,” Paparnya
“Itulah saya rasa peran terpenting dari perguruan tinggi, bagaimana menjadikan perguruan tinggi itu sebagai mata air bagi pembangunan bangsa,” kata Nizam menandaskan.
Kemdikbudristek pun telah meramu formula tersebut melalui kolaborasi nasional dan global membangun sinergi merah putih dalam mewujudkan SDM unggul untuk Indonesia Emas 2024. Nizam menyampaikan pendidikan adalah kunci meraih masa depan lebih cerah. Di sisi lain pemerintah masih memiliki keterbatasan anggaran untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan secara nasional.
Di tengah upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, juga diharapkan perhatian bersama khususnya kepada orang tua. Ia mendorong perubahan pemikiran bersama, bahwa pendidikan adalah investasi masa depan untuk generasi penerus bangsa.
“Tapi kalau untuk beli rokok atau untuk beli pulsa, HP baru, kendaraan baru tidak hitung hitung lagi. Ini sangat memprihatinkan, karena pendidikan itu investasi masa depan. Ini yang belum kita sadari,” ungkap Nizam.
Pendidikan akan meningkatkan kesadaran hukum, kesadaran hidup berdemokrasi yang dewasa, dan pendewasaan demokrasi kata dia, membutuhkan peningkatan literasi, peningkatan pendidikan seluruh masyarakat.
“Pendidikan tinggi juga merupakan jembatan untuk transformasi sosial masyarakat, meningkatkan strata ekonomi sosial masyarakat,” terangnya.(Nal)