UNG – Dalam rangka mengantisipasi potensi radikalisme dikalangan pelajar, Universitas Negeri Gorontalo (UNG) bersama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Gorontalo melakukan kerjasama pengembangan kurikulum yang moderat dan anti radikalisme.
Rektor UNG, Eduart Wolok mengatakan bahwa di semua tingkatan lembaga pendidikan baik itu sekolah maupun perguruan tinggi tidak boleh berkembang virus radikalisme. Menurut Eduart, saat ini sangat dibutuhkan kolaborasi dan sinergitas antar lembaga untuk bisa menguatkan persaudaraan dan toleransi.
“UNG sementara mengembangkan model Desa Pancasila sebagai model pengelolaan keberagaman dan reproduksi nilai Pancasila dikalangan desa. Agenda ini adalah praktik pembumian nilai-nilai Pancasila di unit terkecil negara. Kami berharap agar kerjasama ini bisa lebih menambah kekuatan untuk menangkal radikalisme. Apalagi ada data survey Alvara yang menyebut sekitar 23 % pelajar yang terpapar paham radikal” jelas Eduart.
Lebih lanjut dirinya mengatakan model Desa Pancasila akan dikembangkan dan disisipkan pada muatan kurikulum yang diberdayakan.
“Anak didik kita memiliki bekal untuk dapat melihat Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika sebagai satu kesatuan tanpa perlu menghilangkan jati diri kita”, jelas Eduart.
Kerjasama pengembangan kurikulum anti radikalisme ini juga disebut Eduart, untuk merespon data dari BNPT yang mengungkap Gorontalo berada diperingkat lima besar daerah yang berpotensi berkembangnya radikalisme. (Adv/Rls/aan)