JAKARTA – Hujan gerimis mengguyur kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta dan sekitarnya, Minggu (16/2) sore. Suara tumbukan paku bumi sesekali terdengar dari kawasan parkir yang sedang dibangun oleh pekerja.
Sekitar 500 meter dari pintu masuk, sejumlah seniman berkumpul di gubuk kecil di pinggiran kompleks TIM. Mereka tidak setuju dengan revitalisasi yang sedang digarap PT Jakarta Propertindo (Jakpro). Perwakilan Forum Seniman Peduli TIM, Gultomtewe mengatakan, revitalisasi TIM akan membuat kawasan tersebut menjadi komersial.
Padahal, kata dia, Gubernur Jakarta Ali Sadikin kala itu membangun TIM pada tahun 1968 untuk para seniman agar dapat berkreatifitas. Ali Sadikin ingin Jakarta tidak hanya tumbuh sebagai kota dagang dan politik, melainkan juga sebagai pertumbuhan seni budaya.
“TIM ini taman khusus, rumahnya para seniman, tempatnya berkarya, rumah budaya, cagar budaya yang tidak boleh dikomersialkan. Kalau kita bicara budaya, kita membicarakan nilai-nilai. Semestinya pemerintah mendukung, bukan mengubah menjadi komersial,” tutur Gultom di Jakarta, Minggu (16/2).
Gultom mencontohkan salah satu kekhawatiran terhadap dampak komersialisasi TIM yaitu mahalnya biaya sewa pertunjukan. Para seniman khawatir tidak dapat menyewa sejumlah tempat pertunjukan yang selama ini masih terjangkau oleh TIM. Di samping itu, ia juga mengkritik rencana pembangunan hotel bintang lima yang menurutnya tidak sesuai dengan wilayah peruntukan TIM yakni sebagai pusat kebudayaan.
“Sekarang ini pertunjukan, teater kecil itu harganya Rp3 juta, Graha Bhakti Budaya cuma Rp5juta. Bilamana ini dikomersialisasikan mungkin harganya bisa 10 kali lipat harganya. Misalnya teater kecil bisa saja sampai Rp25 juta, Graha Bakti mungkin bisa sampai Rp60 juta. Apakah seniman mampu,” tambahnya.
Lelaki pemain drama ini juga menyesalkan pembongkaran Graha Bhakti Budaya yang semestinya sudah layak dijadikan cagar budaya. Menurutnya, pihaknya tidak pernah diajak diskusi dengan Pemprov DKI Jakarta terkait rencana revitalisasi TIM.
Ia mengatakan akan terus melawan dengan cara-cara yang kreatif bersama para seniman dan pengunjung TIM dari berbagai daerah di Indonesia yang diklaim berjumlah ribuan orang. Forum Seniman Peduli TIM juga sudah menemui perwakilan Pemprov DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta, namun hingga sekarang belum membuahkan hasil.
Kendati proyek revitalisasi sudah berjalan, Gultom berharap Gubernur DKI setidaknya mau mencabut Pergub 63 Tahun 2019 yang memberi wewenang pada Jakpro sebagai pengelola TIM selama 28 tahun mendatang.
Direktur Operasional Jakarta Propertindo (Jakpro), Muhammad Taufiqurrachman membantah jika tidak melibatkan para seniman dalam pembahasan revitalisasi TIM. Menurutnya, sejumlah seniman terkenal seperti Radhar Panca Dahana, Taufiq Ismail, Clara Sinta Rendra, dan pengelola buku di TIM. Taufiq juga menegaskan siap berdiskusi dengan kelompok seniman yang menolak revitalisasi seperti Forum Seniman Peduli.
“Satu lagi, untungnya buat apa sih untuk Jakpro. Kita itu hanya melaksanakan tugas untuk membereskan gedung, infrastruktur. Kita tidak akan mengatur seniman, sama sekali kita tidak memiliki kompetensi. Dan kita serahkan ke Dewan Kesenian Jakarta dan para seniman di sana,” jelas Muhammad Taufiqurrachman saat dihubungi VOA, Minggu (16/2) malam.
Taufiq juga membantah Gedung Graha Bhakti Budaya (GBB) di TIM yang sudah dibongkar sejak awal Februari ini akan diubah menjadi hotel bintang lima. Menurutnya, GBB hanya direnovasi menjadi tempat pertunjukan yang memiliki standar internasional. Sebab, kata dia, kelayakan panggung dan kursi penonton di GBB sudah mulai rusak, serta ruangannya bocor.
“Fasilitas yang sudah tidak layak, atap dan AC bocor, toilet jorok, yaitu yang kita betulkan di sana (baca: Graha Bhakti Budaya),” tambahnya.
Ia menambahkan yang akan dibangun Pemprov DKI Jakarta merupakan tempat penginapan untuk para seniman dan penonton kesenian di TIM. Kata dia, para seniman juga tidak perlu khawatir karena harga tempat penginapan dan ruang pertunjukan akan diberikan harga khusus untuk mereka.
Sementara untuk cagar budaya, menurut Taufiq bangunan di TIM yang sudah masuk cagar budaya hanyalah planetarium. Sementara untuk Graha Bhakti Budaya belum masuk karena masih berusia sekitar 37 tahun.
Total anggaran proyek revitalisasi kompleks TIM sebesar Rp1,6 triliun dan ditargetkan Pemerintah provinsi DKI Jakarta akan selesai pada Juni 2021. [**]
Sumber Berita dan Foto: VoA Indonesia