Pojok6.id (Gorontalo) – Pemerintah dalam beberapa hari terakhir secara masif melakukan razia gabungan, terkait penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kota Gorontalo. Hal tersebut mendapat sorotan dari berbagai pihak.
Salah satunya dari Aktivis Provinsi Gorontalo Fian Hamzah. Menurutnya, apa yang di lakukan penegak hukum di wilayah Kota Gorontalo sudah tidak humanis lagi. Banyak pedagang yang di bubarkan, dan di angkut barang-barang milik mereka.
Dilansir dari prosesnews.id, Fian mengatakan, hal seperti ini tidak pantas diberlakukan di wilayah serambi madinah. Harusnya aparat yang ada di wilayah Kota Gorontalo melakukan penegakan PPKM dengan cara-cara yang humanis, bukan justru dilakukan dengan cara brutal seperti preman.
Padahal Kapolri, sudah berulang kali menegaskan melalui media massa. Dimana, Aparat harus memerangi dan memberantas premanisme sampai ke akar-akarnya.
“Dalam razia PPKM, malah justru aparat yang mempertontonkan cara-cara premanisme. Kan ini aneh. Apa yang di sampaikan tidak selaras dengan apa yang di lakukan,” bebernya.
Alfian juga menilai, apa yang dilakukan aparat penegak hukum, yang ada di wilayah Kota Gorontalo, cenderung tendensius dan tidak humanis. Hal itu buktikan, dengan beberapa video yang tersebar di berbagai WhatsApp Group.
“Jika dengan cara humanis bisa, mengapa harus pakai cara-cara brutal. Ingat, ini Kota Gorontalo yang masyarakatnya sudah lebih banyak mengandalkan akal, ketimbang kekerasan,” tegasnya.
Seharusnya, kata Fian, aparat mengambil peran sesuai dengan fungsi yang ada. Melindungi, mengayomi dan melayani. Lindungi rakyat, ayomi rakyat, layani rakyat bukan justru mengintimidasi, dan menakut-nakuti rakyat.
“Ingat, ketika rakyat yang sudah menjerit kelaparan, akibat razia yang sudah tak masuk akal. Maka perlawanan akan muncul di mana-mana. Tunggu saja,” tegas mantan Presiden UNG itu.
Fian juga menambahkan, apa yang dilakukan Aparat penegak hukum saat ini, malah justru menimbulkan antipati dari rakyat.
“Apalagi yang dibubarkan adalah mereka para pedagang kecil, yang mencoba menghidupi kelurga mereka dari hasil dagangan yang mereka perjual belikan,” pungkasnya. (**)