Ridwan Tohopi Resmi Dilantik Rektor UNU Gorontalo

Pelantikan Dr. H. Ridwan Tohopi, M.Si sebagai Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof Dr KH Said Aqil Siroj, Jum'at (3/5) di Gedung PBNU Jakarta. Foto: istimewa

Jakarta – Dr. H. Ridwan Tohopi, M.Si resmi dilantik sebagai (UNU) Gorontalo oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof Dr KH Said Aqil Siroj, Jum’at (3/5) di Gedung PBNU Jakarta.

Ketua PW NU Provinsi Gorontalo Dr. Zulkarnain Suleman, yang turut mendampingi Rektor UNU Gorontalo itu menuturkan, pelantikan ini merupakan langkah awal diantara langkah-langkah besar yang telah dilakukan oleh tim pendiri UNU Gorontalo menuju proses pengembangan.

“Apalagi dalam pelantikan ini dihadiri petinggi PBNU dan Menristek Dikti, Prof M Nasir yang menjadi pertanda bagus dalam pengembangan UNU Gorontalo ke depan,” ujar Zul.

Read More

Dia menambahkan, proses bertumbuh UNU Gorontalo telah dilakukan oleh tim pendiri dan pengelola sehingga universitas NU di Gorontalo ini akhirnya terwujud dengan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

Rektor yang baru saja dilantik Dr. H. Ridwan Tohopi, menerangkan, dirinya akan mewujudkan UNU Gorontalo menjadi universitas unggul dimana menjadi tempat berbaurnya dunia akademik, keislaman, kebangsaan, dan kejuangan.

UNU Gorontalo di desain khusus menjadi Universitas riset, unggul dalam riset, pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan memadukan dengan ajaran Agama Islam yang berkarakter ahli sunnah wal jamaah.

“Kalau NU yang membutuhkan dan mengamanahkan, sikap saya sami’na wa atho’na. Saya dan teman-teman akan menahkodai UNU Gorontalo berdasarkan prinsip kolektivitas atau kebersamaan dengan tidak menonjolkan ego jabatan,” ujarnya.

Bagi Ridwan, pasca pelantikan merupakan pekerjaan yang paling berat, ketimbang mendirikan universitas. Sehingga butuh kerja sama tim, yang saling berkoordinasi antara satu sama lain.

Sementara itu, Menristek Dikti dalam sambutannya menuturkan, kualitas perguruan tinggi salah satunya ditentukan oleh produktivitas ilmiah dari segenap civitas akademiknya.

“Jadi karya tulis dan penelitian harus terus-menerus dilakukan kemudian dipublikasikan melalui jurnal atau media lain yang mendukung,” terang mantan Rektor Undip Semarang ini. (rls)

Related posts