Oleh : Syamsudin Duka (Ketua Pengawas HPMIG)
Pojok6.id (Opini) – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia (RI) secara resmi telah mengeluarkan Peraturan KPU (PKPU) Nomor 2 Tahun 2024 Tentang Tahapan Pemilihan Kepala Daerah.
Saat ini sudah masuk tahapan pemberitahuan dan pendaftaran pemantau pemilihan. Walaupun pendaftaran pasangan calon masih 5 bulan lagi yakni pada tanggal 27 – 29 Agustus 2024, para kandidat sudah mulai bermunculan diantaranya 2 mantan Bupati Kabupaten Boalemo yang memiliki kekuatan finansial dan kekuataan massa di akar rumput yaitu Drs. H. Rum Pagau dan H. Darwis Moridu S.H.
Tetapi hingga hari ini, kedua mantan bupati belum ada yang mengantongi dukungan partai politik atau siapa wakil yang akan mendampingi mereka. Walaupun Rum Pagau adalah ketua partai, sampai hari ini pun surat rekomendasi dukungan belum di keluarkan oleh DPP.
Untuk menarik simpati rakyat saat ini ia memakai strategi silaturahim bertemu dengan beberapa mantan-mantan kepala desa dan para tokoh politik, dengan tujuan menjajaki siapa yang pantas mewakilinya.
Berbeda lagi dengan strategi Darwis Moridu, dia telah membuat posko pemenangan di Ibukota Boalemo (benteng pertahanan atau tempat berkumpul), dan mengkampanyekan dirinya di setiap kecamatan dengan mengunakan billboard untuk maju kembali menjadi Bupati Boalemo.
Menurut Sun Tzu, ahli strategi Cina, strategi tanpa taktik adalah jalan paling lambat menuju kemenangan, sedangkan taktik tanpa strategi adalah kebisingan sebelum kekalahan. Dari kedua strategi diatas sebenarnya dalam politik disebut strategi komunikasi politik.
Menurut Siagian (2017), strategi adalah serangkaian keputusan untuk mencapai tujuan. Begitu juga Efendy (1992:9) bahwa komunikasi berarti sama makna antara kedua belah pihak. Apabila sudah terjalin rasa persamaan maka otomatis komunikasi dan visi akan berjalan dengan baik.
Saat ini Rum Pagau sebagai ketua partai, dia memiliki beban dalam dirinya bagaimana bisa berkoalisi dengan partai lain agar dia bisa mencalonkan diri menjadi bupati dan siapa yang akan mendampinginya. Yang pasti salah berkoalisi dan salah menentukan wakilnya pasti akan merusak strategi selanjutnya, bahkan bisa saja kekalahan di depan mata.
Sebaliknya dengan Darwis Moridu, melalui strategi yang digunakan saat ini, dia tidak memiliki beban sama sekali. Ada partai yang mendukungnya dia bersyukur, kalau tidak ada partai yang mendukungpun dia tidak terlalu memikirkannya, pasti dia akan masuk kembali menjadi calon perseorangan karena Darwis Moridu menjadi bupati pun melalui jalur ini.
Darwis Moridu bukanlah politisi tulen yang saling tarik menarik dan mengunakan trik untuk berkoalisi. Yang pastinya orang yang akan mendampinginya adalah orang yang memilik finansial, minimal yang sejajar dengan dirinya atau tokoh politik yang populer.