Pojok6.id – Bermain sambil belajar merupakan aktivitas anak sekolah Taman Kanak-kanak (TK). Rentang usia 4 hingga 6 tahun, setiap anak mulai diajarkan membaca, berhitung, menulis, sambil bermain dengan media pembelajaran yang disenangi.
Pembelajaran anak diatur dalam kurikulum 2013. Sekolah menentukan media belajar berupa bahan publikasi, bergambar, pameran, proyeksi, rekaman audio, siaran, audio dan visual hingga model benda tiruan. Pembelajaran sejak dini memperngaruhi keterampilan atau life skill setiap anak.
Lii Lawani, pimpinan PAUD Mawar Kelurahan Libuo, Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato, saat diwawancarai media Pojok6.id, Kamis, (19/5/2022) mengatakan bahwa tema belajar harian anak di sekolah itu bervariasi. Media Loose Parts menjadi bahan utama belajar di kelas. Loose Parts merupakan material lepas yang penggunaannya dapat beragam. Paling penting, menurutnya ialah media belajar ini paling sederhana untuk mengajarkan kreativitas anak.
Bahan ini dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang ulang, dipisahkan dan disatukan kembali dengan berbagai cara. Lii mengatakan pemilihan loose parts di sekolah PAUD Mawar menyesuaikan kondisi lingkungan sekolah maupun tempat tinggal anak. Anak akan menikmati waktu belajar sambil bermain dengan benda-benda yang hadir di depan anak, dapat diamati, dipegang dan dimainkan.
Letak PAUD Mawar Kelurahan Libuo yang berada di kawasan pesisir pantai mendorong pengelopa PAUD untuk memanfaatkan media belajar yang mudah ditemukan. Misalnya, kerang dan pasir. Lii mengatakan loose parts membuat pembelajaran anak lebih menarik dan mudah didapatkan.
“Kita berbasis lingkungan. Kita belajar mengenai pesisir pantai. Anak-anak senang bermain,” Imbuhnya.
Tema pembelajaran kata Lii, berbeda-beda setiap harinya. Aktivitas menyusun balok-balok, mewarnai, menggambar merupakan kegiatan belajar sehari-hari. Beragam warna pada media belajar anak juga berpengaruh pada minat belajar anak untuk memahami sesuatu. Taman kanak-kanak dipersiapkan untuk masuk ke jenjang sekolah dasar sehingga sikap kemandirian dan kepercayaan diri perlu dibentuk sejak dini.Di PAUD Mawar, Lii dibantu satu guru honorer dalam beraktivitas. Sekolah itu memiliki 30 peserta didik
Pembelajaran tatap muka PAUD Mawar sempat terhenti saat pemerintah menerapkan kebijakan sekolah dari rumah. Dengan loose parts, belajar anak tetap berlangsung melalui virtual.
“Untuk media belajar baru belum ada, masih sama dengan tahun-tahun kemarin,” Tutur Lii.
Maryam Hatta, Pimpinan TK Beringin Jaya, Kelurahan Pentadu kecamatan Paguat, menyampaikan hal serupa. Dengan loose parts, peserta didik mudah mendapatkan media belajar. Kebebasan memilih media belajar juga masuk dalam merdeka belajar di sekolah TK. Pengajaran ini menuntut pengawasan guru dan orang tua peserta didik saat dirumah.
“Ketika mereka berada dirumah, bahan-bahan itu memang ada di lingkungan anak. Sebelum masuk SD, di PAUD sudah merdeka belajar sesuai minat anak. Tidak harus dipaksakan memilih media,” Ungkapnya.
Lebih lanjut, kata dia bahwa nilai akhir yang diberikan ialah hasil pengamatan guru kepada masing-masing anak.
“Penilaian anekdot, ceklis hasil karya anak. Hasil karya anak itu tidak harus hasil yang dinilai, tapi proses,” Ujar Maryam Hatta, menjawab pertanyaan bagaimana penilaian akhir yang diberikan kepada setiap peserta didik.
Belajar Melalui Boneka Tali
Seorang pegiat pendidikan, Aris Ananda memilih benda tiruan boneka tali dengan cerita NanoNani Show untuk mengajarkan kecakapan hidup atau life skill anak usia dini TK maupun SD. Pertunjukan boneka tali dilakukan setiap kunjungan di sekolah, maupun ditampilkan virtual.
Boneka tali hanya dibawakan oleh profesional, penampilannya tiga dimensi dan bergerak ke kanan kiri mudah mencuri perhatian setiap anak. Dalam pertunjukan, karakter Nano Nani sebagai tokoh utama, ada Amomo berkarakter usil, Opah Kirmin seorang profesor yang sederhana, dan Paman Bonbon yang baik hati dan lucu. Menurut Aris, membentuk kecakapan anak usia dini dengan boneka tali lebih mudah tersampaikan.
“Sekolah tidak cukup memberikan pembekalan mengenai life skill. Boneka tali memungkinkan untuk membuat lebih terasa hidup buat anak anak dan boneka mewakili model 3 dimensi yang bisa bergerak-bicara sehingga mampu mentransfer pengetahuan melalui indra,” Ujar Aris Ananda, dalam pertemuan virtual Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Fellowship Jurnalis Pendidikan (FJP), Rabu (6/4/2022).
Dengan pertunjukan dan cerita-cerita yang disampaikan membuat anak mudah dalam menangkap pesan yang tersirat. Boneka tali merupakan salah satu media pembelajaran tiruan yang masih terbilang jarang diterapkan di sekolah-sekolah. Kemampuan pertunjukan dengan berdongeng tersebut saat ini hanya dimiliki segelintir orang.
“Dia merasa berteman sehingga mestinya pesan-pesan yang disampaikan boneka ini bisa diterima dengan baik. Boneka tali lebih memiliki kekuatan untuk menanamkan kecakapan hidup,” Tukasnya. (Nal)