Lika Liku Usaha Kopi di Gorontalo

kedai kopi
Ryan Sawaku, Pelaku UMKM di salah satu sudut Kota Gorontalo

Pojok6.id () – Bicara soal kopi, nampaknya Ryan Sawaku sudah khatam mengenai hal itu. Dalam menjadi barista sekaligus pengusaha kedai kopi, ada satu dilema yang dialami oleh Ryan yakni dilema antara Kualitas atau Harga.

Bagi pribadi Ryan sebagai pelaku UMKM, dirinya lebih memilih mengedepankan kualitas kopi dibandingkan dengan harganya.

“Banyak orang bisa membuat kopi tapi tidak semua orang paham rasa kopi sebagaimana mestinya” Kalimat tersebut menjadi prinsip dari Ryan Sawaku ketika menyajikan kopinya untuk pelanggan “Sunday Funday”.

Read More

Harga dari secangkir kopi “Sunday Funday” dibanderol Rp.17.000 untuk jenis kopi susu yang menjadi best seller product di kedai “Sunday Funday”.

“Ada harga ada juga kualitas” ungkap Pak Ryan ketika ditanyai mengenai kopinya.

Dalam skala daerah Gorontalo yang masyarakatnya masih kurang paham soal kopi, harga tersebut tergolong cukup mahal untuk skala UMKM (bukan skala restoran).
Namun bagi Pak Ryan, ia terus mempertahankan idealisnya untuk mengedepankan kualitas rasa dari kopinya.

“kalau orang bilang Kopi saya mahal, berarti mereka bukan customer/market saya” katanya.

Strategi yang dipakai Pak Ryan dalam menjual kopinya yakni tidak pernah menurunkan harga menu yang ada di kedainya, karena ia yakin target pasar untuk kopinya akan terfilter sendiri oleh waktu. Menurutnya, saat ini pelanggan – pelanggan setia yang nongkrong di kedainya adalah orang – orang yang sudah paham soal rasa dan kualitas kopi, jadi jika ada kedai kopi yang menjual kopi dibawah harga kopi “Sunday Funday”, pelanggan -pelanggan tersebut tetap memilih “Sunday Funday” sebagai pilihan mereka untuk ngopi.

Hal unik muncul Ketika saya bertanya mengenai perspektif masyarakat Gorontalo soal kopi ke Pak Ryan, beliau menjawab bahwa rata – rata masyarakat Gorontalo masih mengedepankan Harga Ketika membeli kopi, “Ahh… yang penting murah dulu” sahut Pak Ryan meniru masyarakat Gorontalo Ketika mencari kopi untuk nongkrong.

Akademisi bidang Ekonomi UNG Dr. Radia Hafid, S.Pd.,M.Si menilai bahwa pertumbuhan premium kopi di Indonesia berkembang pesat pada industri hilir sebagaimana terlihat pada maraknya UMKM khususnya pelaku usaha Kopi di Gorontalo.

“Tentunya peran UMKM khususnya pelaku usaha Kopi bagi perekonomian Gorontalo cukup penting, baik sebagai sumber pendapatan bagi petani Kopi, sumber pendapatan daerah dari pelaku usaha Kopi, maupun penyedia lapangan kerja bagi masyarakat melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, dan perdagangan,” ujar Radia ketika ditanyai mengenai perkembangan UMKM di Gorontalo.

Dampak Pandemi bagi Barista

Pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal tahun 2020 melumpuhkan semua kegiatan ekonomi masyarakat, khususnya pelaku usaha kopi. Dampak tersebut dirasakan oleh Ryan Sawaku dimana omset dari usahanya menurun.

“Semua pasti terdampak, tinggal bagaimana cara kita survive agar dampaknya tidak terlalu berasa” jelas Pak Ryan menanggapi soal dampak pandemi Covid-19.

Ryan juga banyak belajar dari pandemi ini yakni dengan melahirkan inovasi – inovasi terbaru, dalam strategi penjualan kopi seperti menyediakan kopi per liter, sistem take-away, dan menjual Donat sebagai pelengkap Ketika menikmati kopi.

Ryan menjalani profesinya dengan tulus walaupun naik turun kehidupan menghampirinya. Sempat membuka booth yang kedua namun belum maksimal, hingga saat ini kedai kopinya berada di sudut Kawasan strategis Kota Gorontalo.
Mengenai bantuan UMKM yang terdampak Covid-19, Ryan mengungkapkan belum pernah mendapatkan bantuan tersebut dengan alasan tidak mengurusnya.

“Mungkin masih banyak pelaku UMKM yang lebih membutuhkan bantuan tersebut, selagi kebutuhan masih terpenuhi selama itulah saya akan terus bekerja”. Sebut Pak Ryan dengan kerendahan hatinya.

Dalam perspektif saya sebagai masyarakat, hak para pelaku UMKM harusnya bisa dipenuhi walau tidak semua UMKM, harapannya bantuan tersebut bisa terdistribusi secara merata kepada pelaku UMKM.

Sejak tahun 2015, Pak Ryan sudah menggeluti profesi sebagai pembuat kopi atau sering disebut dengan Barista. Cita – cita untuk menjadi olahragawan pun dikubur begitu saja dan lebih memilih untuk menjadi seorang Barista.

Hal ini disebabkan karena Pak Ryan baru mengetahui bahwa ia memiliki ‘passion’ dalam dunia kopi dan ‘passion’ tersebut diseriusi dengan memilih belajar membuat kopi pada saat itu. Selama 2 tahun belajar membuat kopi, pada tahun 2017, Pak Ryan membuka usaha Kedai Kopi yang diberi nama “Sunday Funday” dan hingga saat ini sudah berkembang dan memiliki banyak pelanggan.

Selama menjadi Barista, Pak Ryan mengalami pahit manisnya kehidupan, ibarat seperti kopi yang manis diminum, ampas yang pahit disisakan. Pengalaman seperti itu dirasakan oleh Pak Ryan selama menjadi Barista seperti pelanggan yang tidak membayar kopi, hingga kritikan dari para pelanggannya. Dari pengalaman tersebut, tidak mengurungkan niat Pak Ryan untuk lebih mengeksplor keahliannya menjadi seorang Barista.

Menurut Akademisi Bidang Ekonomi UNG Dr. Radia Hafid, S.Pd.,M.Si, sebaiknya pemerintah lebih berfokus pada orientasi peningkatan kapasitas pelaku UMKM.

“Kemudian peningkatan kualitas produk melalui proses Kurasi, dan promosi produk UMKM pelaku usaha kopi ini baik di tingkat Nasional maupun Internasional” ujar Radia ketika dihubungi melalui telepon.

Radia berharap, bagi pemerintah kedepannya perlu adanya kebijakan dan program pembinaan UMKM khususnya pelaku usaha Kopi mencakup kebutuhan penting misalnya, peningkatan kapasitas pelaku UMKM khususnya pelaku usaha Kopi dan memfasilitasi promosi produk UMKM pada skala Nasional dan Internasional.

Harapan seorang Barista sebagai pelaku UMKM

Sebagai salah satu barista di Kota Gorontalo, Pak Ryan memiliki harapan untuk masyarakat Gorontalo, khususnya yang sering nongkrong di kedai kopi.

“Harapan untuk masyarakat Gorontalo, semoga makin dikurangi konsumsi kopi sachet karena kopi tersebut mengandung zat kimia yang kedepannya bisa merugikan Kesehatan,” kalimat singkat yang dikatakan oleh Pak Ryan sangat bermakna dan memiliki harapan yang besar agar kedepannya masyarakat Gorontalo lebih banyak mengkonsumsi kopi giling dibandingkan kopi sachet.

Selain harapan untuk masyarakat Gorontalo, Pak Ryan juga memiliki harapan besar untuk pemerintah Gorontalo.

“Yah… untuk pemerintah Gorontalo semoga bisa memberikan ruang yang lebih kepada Barista untuk mempromosikan dan membawa nama harum daerah lewat sajian kopi, Kopi juga bisa menjadi asset wisata daerah jika dikelola dengan baik” pungkas Pak Ryan.

Sajian Kopi Sebagai Aset Promosi Wisata Daerah

Kopi Pinogu, adalah jenis kopi yang terdapat di Daerah Gorontalo tepatnya di Desa Pinogu, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Kopi Pinogu adalah kopi organik yang menjadi produk unggulan di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.

Kopi Pinogu berasal dari Kecamatan Pinogu yang merupakan sebuah kawasan yang sangat kaya dengan komoditas pertanian. Kopi pinogu berasal dari campuran kopi robusta dan kopi liberika. Kopi Pinogu ditanam sejak tahun 1875, dan merupakan kopi favorit Ratu Wilhelmina saat itu. Kopi Pinogu memiliki keunggulan tersendiri jika dibandingkan dengan kopi-kopi dari daerah lain. Dengan lokasi perkebunan yang begitu terisolasi dari dunia luar, kopi Pinogu belum pernah tersentuh dengan zat-zat kimia seperti pestisida, herbisida maupun pupuk kimia. Ini adalah potensi yang sangat besar jika dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat. (**)

Related posts