Gorontalo Jadi Provinsi ke-30 Sukses Laksanakan Bedah Jantung Terbuka

Gubernur Gorontalo, Gusnar Ismail dalam konferensi pers Bedah Jantung Terbuka Perdana di RSUD Aloei Saboe, yang turut dihadiri Kemenkes RI, Budi Gunadi Sadikin, secara daring. (Foto: Ryan)

Pojok6.id (Gorontalo) – Bedah jantung terbuka yang dilakukan terhadap dua pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aloei Saboe, Kota Gorontalo, berjalan lancar dan sukses. Saat ini kondisi kedua pasien pasca bedah yang dilakukan pada Kamis, 11 Desember 2025, dalam keadaan baik.

Bedah jantung terbuka ini merupakan yang perdana dilaksanakan di Gorontalo, bekerja sama dengan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita. Gorontalo menjadi provinsi ke-30 di Indonesia, yang berhasil melaksanakan bedah jantung terbuka.

“Alhamdulillah, kami mengucapkan terima kasih atas arahan dan petunjuk bapak Menteri, bedah jantung terbuka perdana di Gorontalo berjalan lancar. Ini merupakan kado istimewa bagi Provinsi Gorontalo yang merayakan ulang tahunnya yang ke-25,” ucap Gubernur Gorontalo, Gusnar Ismail pada konferensi pers di RSUD Aloei Saboe, Kota Gorontalo, Senin (15/12/2025).

Read More

Ia mengatakan, keberhasilan bedah jantung terbuka ini menjadi motivasi bagi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, untuk berkolaborasi dalam memajukan pembangunan kesehatan di Gorontalo.

Gusnar juga bersyukur telah terjadi transformasi ilmu pengetahuan, dalam pelaksanaan bedah jantung itu kepada para dokter yang ada di Gorontalo, di bawah arahan dan bantuan tim dokter dari RSJPD Harapan Kita.

“Kami siap mendukung dan melanjutkan program ini, sembari terus membenahi dan melengkapi semua kebutuhan dan peralatan. Insya Allah bedah jantung terbuka akan berlanjut terus, tidak hanya berhenti pada kegiatan perdana ini saja, sehingga akan bermanfaat bagi masyarakat Gorontalo,” tegasnya.

Sementara itu Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam sambutannya mengatakan, pemerintah akan mengembangkan layanan bedah jantung secara merata di seluruh kabupaten/kota.

Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang cepat, kepada seseorang yang terkena serangan jantung, karena idealnya penanganannya harus di bawah enam jam.

“Angka yang meninggal akibat penyakit jantung di Indonesia itu 264 ribu per tahun. Kalau dihitung setiap dua menit satu orang meninggal dunia. Demikian banyaknya yang meninggal karena serangan jantung, oleh karena itu layanannya akan dikembangkan secara merata di seluruh kabupaten/kota. Karena nggak mungkin kalau dia kena di Gorontalo kemudian dibawa ke Makassar, pasti sudah terlambat,” pungkas Menkes Budi saat hadir secara daring. (Adv)

Related posts