Palu – Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jumat (12/10) untuk kedua kalinya datang ke Palu, Sulawesi Tengah, pasca gempa berkekuatan 7,4 dan tsunami yang meluluhlantakkan sebagian Palu, Sulawesi Tengah, akhir September lalu.
Kali ini ia tidak sendiri. Kalla ditemani Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres dan CEO Bank Dunia Kristalina Georgieva melihat langsung dampak gempa di salah satu lokasi terburuk, yaitu di pemukiman Balaroa di Palu Barat. Lebih dari 770 rumah amblas ke dalam tanah akibat likuifaksi. Mereka juga datang ke Pantai Talise yang tersapu tsunami.
Sebelum datang ke Balaroa, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB Willem Rampangilei menjelaskan wilayah yang terdampak gempa dan upaya yang telah dilakukan pasca gempa. Willem mengatakan penanganan darurat hingga kini masih berlangsung dan pemerintah propinsi Sulawesi Tengah telah memperpanjang status tanggap darurat hingga 26 Oktober.
Selain datang ke Balaroa, rombongan Wapres Jusuf Kalla juga mengunjungi RSU Anutapura, yang kini terpaksa merawat pasien-pasien di halaman rumah sakit karena sebagian gedung mengalami keretakan dan tidak aman dihuni. Lokasi pengungsian di Lapangan Vatulemo, yang terletak di depan kantor walikota Palu, adalah lokasi terakhir yang dikunjungi.
Wapres Kalla : Hunian Sementara Akan Dibangun dalam Dua Bulan
Kalla mengatakan pemerintah telah menetapkan target dua bulan untuk mendirikan hunian sementara bagi warga yang terdampak gempa agar kondisi mereka berangsur pulih. “Akan dibangun segera.. Paling lambat dua bulan semua yang di tenda-tenda sudah dipindahkan ke hunian sementara,” ujar Kalla kepada wartawan. Soal lokasi hunian sementara itu akan diputuskan oleh Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola dan Walikota Palu Hidayat.
Sekjen PBB Tunjukkan Solidaritas pada Warga Terdampak Gempa
Sementara Sekjen PBB Antonio Guterres, yang sebelum datang ke Palu sempat menghadiri forum “Panel Antar-Negara Terkait Perubahan Iklim” IPCC di Bali, mengatakan ia akan selalu bersama masyarakat Indonesia, khususnya warga Sulawesi Tengah.
“Mustahil kita tidak merasa sedih ketika melihat kehancuran sebagaimana yang kita saksikan ini. Tetapi ini saat untuk menunjukkan dan saya ingin melakukannya atas nama PBB, dan saya yakin seluruh masyarakat internasional, solidaritas penuh kepada warga Sulawesi dan rakyat Indonesia, dan kekaguman yang sangat besar atas ketahanan yang ditunjukkan warga yang terdampak gempa ini. Keberanian dan semangat solidaritas mereka sungguh luar biasa,” demikian pernyataan Guterres di Balaroa, yang dikeluarkan oleh markas besar PBB di New York.
PBB Pastikan Komitmen Bantu Indonesia
Lebih jauh pemimpin PBB itu memberikan penghargaan atas respon yang sangat cepat dan efektif yang dilakukan pemerintah Indonesia. Ia mengatakan sudah mengirim sejumlah orang ke lapangan tetapi menilai Indonesia yang harus memimpin, dan masyarakat internasional bersifat mendukung.
“Itu alasan kehadiran kami dan komitmen pada warga Sulawesi, kepada rakyat Indonesia dan kekaguman kami yang luar biasa atas apa yang telah dilakukan,” tambahnya.
Akses Darat dan Laut Pulih, Penanganan Korban Gempa Makin Cepat
Berdasarkan pemantauan VOA di lapangan, penanganan korban terdampak gempa berlangsung lebih cepat setelah akses lewat darat dan laut pulih, dan kembali beroperasinya fasilitas dasar seperti listrik, air bersih dan BBM. Khusus untuk memperbaiki jaringan listrik di Palu dan Donggala, PLN mengerahkan lebih dari 1.500 personil untuk memulihkan pasokan dari gardu induk menuju ke rumah-rumah warga. Sementara BBM sudah dapat diakses pada 33 dari 36 SPBU yang beroperasi di Palu, Donggala dan Sigi.
Koordinasikan Bantuan Internasional, BNPB Terus Jalin Hubungan dengan Kemlu dan AHA Center
BNPB lewat pernyataan tertulis mengatakan pihaknya terus menjalin kerjasama dengan Kementerian Luar Negeri dan ASEAN Coordinating Center for Humanitarian Assistance (AHA Centre) untuk menerima bantuan internasional dari negara-negara ASEAN dan 16 negara lain. Bantuan itu mencakup pesawat terbang, makanan dan non-makanan.
Kepala Kantor UNOCHA Indonesia Oliver Lacey-Hall memuji kemitraan AHA Centre dan BNPB serta komunitas ASEAN yang telah membangun solidaritas dalam penanggulangan bencana.
Sedikitnya 2.090 Orang Tewas akibat Gempa dan Tsunami
Gempa berkekuatan 7,4 yang mengguncang Sulawesi Tengah pada 28 September lalu telah menewaskan sedikitnya 2.090 orang. Lebih dari 10.679 luka-luka dan 87.000 warga terpaksa mengungsi di ratusan lokasi. [*]
Sumber Berita dan Foto : VoA Indonesia