Pojok6.id (Gorontalo) – PP Aisyiyah bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) menyelenggarakan Sosialisasi Orientasi Kader Gerakan Aisyiyah Sehat (GRASS) dalam Cegah Stunting dengan tajuk “Penuh Gizi Ibu dan Balita Tanpa si-Kental Manis”, Selasa (10/10/2023), di RM. Anjungan DC2 Caffe, Kota Gorontalo.
Melalui kesempatan itu, PP Aisyiyah bersama YAICI, juga mengajak para kader kesehatan dan masyarakat Gorontalo untuk meningkatkan kualitas literasi gizi yang dimiliki, serta tidak salah persepsi tentang pemberian asupan makan dan minum, seperti pemberian kental manis pada balita sebagai minuman pengganti susu tidak lagi terjadi.
Ketua Pimpinan Wilayah Majelis Kesehatan Aisyiyah Gorontalo, dr. Yana Yanti, menegaskan bahwa pernikahan dini juga memiliki kaitkan dengan tingkat permasalahan gizi yang ada di Gorontalo, selain angka kemiskinan ekstrem.
“Sehingga kesiapan umur seseorang menikah, mempengaruhi kesiapan mental dan kognitif orang tua, yang nantinya akan menjadi faktor penentu pemenuhan gizi anak oleh orang tua. Karena semakin siap umur orang tua, maka pemberian gizi tidak tepat seperti kental manis bagi balita tidak akan terjadi,” ungkap dr. Yana, yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi Gorontalo itu.
Pasalnya meskipun dikenal sebagai penghasil ikan, ternyata tidak menjamin Gorontalo bebas dari permasalahan gizi. Sehingga menjadi salah satu provinsi penghasil ikan terbanyak di Indonesia, prevalensi stunting Gorontalo ternyata masih diatas ambang batas yang ditetapkan WHO, yaitu 23,8% dan menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia.
“Sama halnya dengan kampanye pencegahan nikah dini, kampanye kental manis bukan susu juga akan menemui tantangan. Oleh karena itu perlu adanya bombardier informasi dari seluruh pihak termasuk media massa tentang kental manis bukan susu,” tegas dr. Yana.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Chairunnisa, menjelaskan sebagai salah satu organisasi perempuan terbesar yang juga memiliki kader kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia. Melalui program GRASS, PP Aisyiyah berkomitmen bergerak secara berkelanjutan dari pusat hingga ranting untuk selanjutnya bergerak selaras dengan pemerintah dan YAICI untuk menyelesaikan permasalahan stunting yang ada di Indonesia, serta meluruskan persepsi masyarakat mengenai peruntukan kental manis yang selama ini disalahpahami sebagai minuman pengganti susu bagi balita.
“Setelah pelatihan ini, GRASS akan menjadi program berkelanjutan dan juga merupakan program nasional bagi Aisyiyah yang harus dijalankan dari tingkat pusat hingga tingkat ranting. Jadi tidak selesai sampai sini tapi berkelanjutan,” bebernya.
Ia juga mengungkapkan bahwa Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah bersama YAICI selain menggelar sosialisasi, juga melakukan kegiatan lapangan berbentuk edukasi door to door ke masyarakat di Kabupaten Gorontalo. Dimana dari hasil door to door tersebut ditemukan bahwa ternyata semua keluarga yang didatangi masih menganggap kental manis adalah susu yang dapat diberikan secara rutin bagi balita. Bahkan dari sample yang di datangi ada dua keluarga yang memberikan kental manis bagi anak sejak lahir.
“Olehnya edukasi door to door yang dilakukan YAICI bersama Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah menguak fakta bahwa pemenuhan gizi seimbang dan pemberian pangan tinggi protein bagi balita yang sudah MPASI juga sangat jauh dari kata baik. Kebanyakan ditemui oleh YAICI para balita mulai mengalami stunting ketika sudah lepas ASI Ekslusif dan diberikan makanan pendamping ASI. Hal ini selain disebabkan pemberian pangannya yang berantakan seperti pemberian kental manis dan minuman manis lainnya pada balita, juga dikarenakan asupan gizi dari pangan ibu yang tidak baik pula sehingga mempengaruhi kualitas ASI ibu,” pungkasnya.