MAROKO – Seorang seniman komik Maroko menggunakan karyanya untuk menyuarakan hak-hak perempuan.
Di bengkelnya di Mohammedia, Zainab Fasiki menyampaikan kisah tentang rasisme lewat komik. Seniman Maroko berusia 26 tahun itu adalah seorang aktivis, terutama untuk hak-hak perempuan. Ia menggambar dirinya dan beberapa perempuan lain dalam keadaan telanjang untuk mengirim pesan.
“Dalam karya saya, saya menggambar diri saya sendiri dan juga tubuh beberapa perempuan. Ini merupakan cara saya mengekspresikan perlawanan dan menjelaskan kepada masyarakat Maroko bahwa tubuh perempuan bukan hanya obyek seks tetapi dapat juga menjadi subyek artistik, dan ini merupakan cara menyelesaikan persoalan pelecehan seksual, budaya perkosaan dan sekaligus menghormati perempuan dan tubuh mereka,” kata Fasiki.
Fasiki tidak hanya menggambar komik tetapi juga melukis, semuanya masih berkisar tentang konsep perempuan telanjang. Seniman itu dilahirkan di kota Fez, di mana adat istiadat sosialnya lebih konservatif. Ia juga seorang insinyur dalam bidang teknik mesin, profesi yang jarang ditemukan di kalangan perempuan di Maroko.
“Di dalam beberapa perusahaan, saya mengalami seksisme. Saya juga mengalami pelecehan seksual di transportasi publik menuju ke kampus. Hal ini memotivasi saya untuk bicara tentang subyek ini. Faktanya, bagi saya seni adalah terapi. Saya memulai hal ini sejak usia 19 tahun. Menggambar diri saya sendiri merupakan terapi untuk melupakan semua pelecehan itu, dan kemudian hal itu menjadi gaya seni saya,” ujar Fasiki.
Tahun 2015 lalu Fasiki mulai mengerjakan komik bersama “SKEFKEF” – majalan independen di Kasablanca. Empat tahun kemudiab ia menerbitkan buku pertamanya “Hshouma,” yang berarti “malu.”
“Proyek terbesar yang pernah saya buat adalah buku “Hshouma.” Ini pedoman sederhana yang menjelaskan identitas, orientasi seksual dan organ-organ genital seseorang, serta bagaimana kita dapat menerima ketelanjangan dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya “Hshouma” merupakan buku yang hanya memiliki satu pesan: toleransi dan berdamai dengan tubuh kita sendiri,” katanya.
Karya seni Fasiki menunjukkan ketidaksetaraan gender, pelecehan seksual, perkosaan dan tindakan mempermalukan tubuh perempuan.
“Pelecehan seksual terjadi di tiap negara dan karena saya warga Maroko, saya membela negara saya. Saya dapat mengatakan kami juga memiliki fenomena pelecehan seksual yang terus meningkat setiap tahun, terutama di tempat-tempat umum,” papar Fasiki.
“Saya dapat mengatakan bahwa dalam karir saya selama lima tahun ini, berdasarkan pesan-pesan yang saya terima setiap hari dan reaksi atas acara-acara saya, sejumlah orang dan juga orang tua saya mengatakan tubuh dalam seni merupakan bentuk perlawanan yang benar-benar mengubah visi banyak warga Maroko atas tubuh perempuan,” lanjutnya.
Di galeri Venice Cadre di Casablanca, Fasiki memiliki lebih dari 15 karya seni. Setiap karya seni mengisahkan satu hal tersendiri. Kurator pameran Mehdi Haj Khalifa mengatakan.
“Pertemuan antara Zainab Fasiki dan galeri ini mengaitkan pertanyaan-pertanyaan saat ini, apa yang kini dibicarakan dunia. Yang menarik perhatian kami karena Zainab merupakan seorang seniman muda Maroko, dan kini kami memahami pertanyaan-pertanyaan kaum muda dan apa yang dipertaruhkan, apa subyek yang menarik mereka. Subyek yang dibicarakan Zainab adalah yang juga menyentuh kami.”
Karya seni Zainab dan aktivitasnya tidak terbatas di Maroko saja, tetapi juga ke negara-negara lain seperti Tunisia, Perancis, Italia dan Amerika.
“Seniman tidak boleh terjerumus dalam perangkat mudah puas diri. Seniman harus terusik, harus menggambar, harus menciptakan karya yang memancing keingintahuan publik, tidak hanya untuk memprovokasi tetapi juga memperdebatkan subyek yang selalu dinilai memalukan. Dan oleh karena itu seniman seperti saya adalah satu-satunya profesi yang berani menggunakan karya seni untuk membahas hal ini,” kata Fasiki. [**]
Sumber Berita dan Foto: VoA Indonesia