Pilgub Gorontalo 2024, Pertarungan Nama Besar dan “Naturalisasi”

Ketua SMSI Provinsi Gorontalo, Irwanto Achmad. Foto: Dok.Pribadi

Oleh:

(Ketua SMSI Provinsi Gorontalo)

 

Read More

Pemilihan Gubernur Gorontalo 2024 bukan hanya menjadi pesta demokrasi lima tahunan masyarakat Provinsi Gorontalo. Namun di Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Gorontalo, juga menjadi pertaruhan dan adu gengsi, partai dan para kandidat yang menyatakan diri siap maju bertarung untuk memperebutkan kursi orang nomor satu di Bumi Serambi Madinah kali ini.

BUKAN  hanya itu saja, dalam pertarungan kali ini beberapa kandidat layaknya pemain naturalisasi di Tim Nasional sepak bola Indonesia. Hal tersebut karena adanya “transfer pemain” lintas partai politik yang mengusung para kandidat.

Status “pemain naturalisasi” di Pemilihan Gubernur Gorontalo 2024 diantaranya; Partai Gerindra yang memilih nama Gusnar Ismail, mantan ketua Partai Demokrat yang dipilih sebagai Calon Gubernur bersama Idah Syahidah dari Partai Golkar. Kemudian Kris Wartabone, Ketua DPD PDIP Gorontalo yang justru disodorkan Partai Hanura untuk mendampingi Nelson Pomalingo dari PPP. Selanjutnya ada Abdurrahman Abubakar Bahmid, mantan Ketua DPW PKS Gorontalo, yang justru maju lewat Partai Amanat Nasional mendampingi Hamzah Isa yang berhasil merebut rekomendasi PDI Perjuangan. Dan yang terakhir adalah Tony Uloli dan Marten Taha yang diusung oleh Partai Nasdem, PKS dan PKB, padahal keduanya adalah tokoh senior di Partai Golkar. Bahkan Marten Taha masih menjabat sebagai Ketua DPD I Partai Golkar Kota Gorontalo, saat menggantikan Rustam Akili, yang notabene mantan kader Partai Golkar juga.

Selain itu, dalam Pemilihan Gubernur Gorontalo tahun 2024, sejumlah nama besar tersebut mengklaim siap menjadi pilihan masyarakat Gorontalo, mulai ujung barat Kabupaten Pohuwato, Gorontalo Utara, hingga wilayah timur, Kabupaten Bone Bolango.

Sebut saja Gusnar Ismail yang dalam Pemilihan Gubernur kali ini, maju bersama Idah Syahidah Rusli Habibie (GAS), yang diusung oleh Partai Gerindra, Partai Golkar dan Demokrat. Gusnar Ismail menjadi pilihan Partai Gerindra setelah melalui berbagai pertimbangan dan hitungan Elnino M. Husen Mohi, selaku Ketua DPD Partai Gerindra Gorontalo. Pasalnya Gusnar Ismail adalah figur luar partai dan pernah menjabat sebagai Ketua DPW Partai Demokrat Gorontalo.

Gusnar sebelumnya pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur di era kepemimpinan Fadel Muhammad (2001-2006, 2007-2012), yang kemudian dia melanjutkan masa jabatan menjadi Gubernur, saat Fadel Muhammad didaulat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan RI tahun 2009. Gusnar Ismail saat ini menjadi tenaga profesional bidang Sosial, Budaya dan Politik Dalam Negeri Lemhanas RI.

Kini Gusnar Ismail maju bersama Idah Syahidah, yang notabene adalah istri dari Rusli Habibie, yang menjadi lawannya pada Pemilihan Gubernur 2011. Idah Syahidah saat ini adalah anggota DPR RI dan akan berakhir masa jabatannya di tahun 2024. Idah memastikan diri untuk maju, setelah berhasil mendapatkan rekomendasi dari Partai Golkar.

Kini kita tinggal melihat bagaimana nama besar Gusnar Ismail dan Idah Syahidah yang di back up Gubernur dua periode Rusli Habibie, serta Partai Gerindra yang di nakhodai oleh Elnino M Husein Mohi bersatu. Akankah jargon “Tambah dua Torang GAS” Partai Gerindra saat memenangkan Pilpres kemarin berlanjut?

Nama besar selanjutnya adalah Tony Uloli dan Rustam Akili. Dua tokoh politik senior yang kini maju bersama di Pemilihan Gubernur Gorontalo tahun 2024, lewat Partai Nasdem, PKS dan PKB. Dua nama ini sudah malang melintang di dunia politik Gorontalo sejak lama.

Tony Uloli, adalah mantan Wakil Gubernur Gorontalo yang dilantik pada 14 Juni 2010, melanjutkan jabatan Gusnar Ismail yang pada saat itu menggantikan Fadel Muhammad sebagai Gubernur Gorontalo, ketika diangkat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan RI. Tony Uloli kemudian maju sebagai Calon Wakil Gubernur Gusnar Ismail pada Pemilihan Gubernur 2011, yang dimenangkan oleh pasangan Rusli Habibie – Idris Rahim.

Pasangan yang diajukan Partai Nasdem untuk mendampingi Tony Uloli di Pemilihan Gubernur kali ini adalah politisi senior, Rustam Akili, yang merupakan satu dari tokoh senior Partai Golkar yang kini berseragam Partai Nasdem sejak tahun 2018. Rustam Akili pernah menjadi anggota DPRD Provinsi Gorontalo selama tiga periode, sejak tahun 2001 hingga 2014 waktu masih ber KTA Partai Golkar. Bahkan di periode terakhir (2009-2014), dirinya menjabat sebagai Ketua DPRD Provinsi Gorontalo. Rustam memilih mundur dari Partai Golkar dan pindah ke partai besutan Surya Paloh, mulai tahun 2018 hingga saat ini. Kini dia menjabat sebagai Tenaga Ahli Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel mulai tahun 2020.

Namun karena kondisi kesehatannya yang masih dalam tahap pemulihan, Rustam Akili dinyatakan tidak lolos tes kesehatan oleh Tim Dokter RSUD Aloe Saboe dan KPU Provinsi Gorontalo. Tony Uloli dan Partai Nasdem akhirnya memilih Marten Taha menjadi pengganti Rustam Akili. Nasdem juga langsung gerak cepat menyiapkan segala administrasi untuk diserahkan ke KPU Provinsi Gorontalo.

Namun hingga tulisan ini dibuat, masyarakat masih penasaran dengan manuver Partai Nasdem yang lebih memilih Marten Taha dari pada kader sendiri. Pasalnya Marten Taha adalah kader aktif dan Ketua DPD I Partai Golkar Kota Gorontalo. Apakah Partai Nasdem akan berhasil dengan rencana “membirukan” Gorontalo. Apakah Tony Uloli akan “Hebatkan Gorontalo” sesuai tagline yang dia gunakan, jika terpilih sebagai orang nomor satu di bumi serambi Madinah? Kita lihat nanti.

Pasangan selanjutnya yang juga punya nama besar adalah Nelson Pomalingo dan Kris Wartabone. Pasangan ini diusung oleh PPP dan Partai Hanura, dan didukung oleh PSI dan Partai Perindo. Karir politik Nelson dimulai saat dirinya menjadi Ketua DPW PPP Provinsi Gorontalo dan maju sebagai calon Bupati Gorontalo. Ia duduk di kursi Bupati Gorontalo selama dua periode. Di periode pertama, Nelson berpasangan dengan Fadly Hasan (2016-2021) dan bersama Hendra Hemeto di periode kedua (2021- 2024).

Sebelum memulai karir politik, Nelson juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Negeri Gorontalo selama dua periode (2002-2010) dan Rektor Universitas Muhamadiyah Gorontalo (periode 2012-2016). Nelson juga pernah menjabat sebagai Kepala Bappeda Provinsi Gorontalo, setahun sebelum dirinya menjadi Rektor UNG.

Pasangan Nelson Pomalingo di Pemilihan Gubernur kali ini adalah Kris Wartabone, dengan nama paket Patriot NKRI. Kris merupakan cucu dari pejuang dan proklamator kemerdekaan Gorontalo, Nani Wartabone. Kris atau yang akrab disapa Aba Kuce ini merupakan salah satu tokoh senior Bone Bolango, yang sudah matang di politik. Kris adalah anggota DPRD Provinsi Gorontalo selama empat periode berutrut-turut, mulai dari tahun 2004 sampai saat ini. Bahkan di masa jabatan saat ini, dirinya sekaligus menjabat sebagai Wakil Ketua I DPRD Provinsi Gorontalo.

Namun langkah Kris Wartabone untuk maju sebagai peserta Pilkada tahun ini sedikit berliku. Pasalnya Kris Wartabone yang merupakan kader militan dan Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Provinsi Gorontalo, justru tidak direkomendasikan partainya sendiri. Sehingga dirinya harus maju lewat partai lain, untuk mewujudkan cita-citanya demi memajukan Gorontalo bersama Nelson Pomalingo. Majunya Kris di Pemilihan Gubernur melalui partai lain, berujung pencopotan dirinya dari jabatan Ketua DPD PDIP Gorontalo. Namun Kris masih bersikukuh bahwa dirinya masih tetap Ketua DPD PDIP Gorontalo, karena belum secara resmi menerima SK dari DPP PDIP.

Pasangan terakhir dan menjadi “Kuda Hitam” di 2024 adalah Hamzah Isa dan Abdurrahman Abubakar Bahmid. Hamzah Isa memberikan kejutan dengan foto diri dalam bentuk baliho, yang tersebar di sejumlah titik di Gorontalo. Bahkan jargon yang dicantumkan adalah “Uti-Utiyalo” dengan latar merah yang cukup menarik perhatian.

Nama Hamzah Isa memang kurang familiar bagi warga Gorontalo, namun dia bukanlah sosok baru di politik Gorontalo. Hamzah pernah mangujukan namanya bersama Gusnar Ismail dan (alm) Medy Botutihe pada pemilihan walikota saat masih dipilih oleh DPRD.

Kejutan lain yang diberikan Hamzah Isa adalah ketika dirinya berhasil mendapatkan rekomendasi PDI Perjuangan, dimana pada saat yang sama Ketua DPD PDI Perjuangan Gorontalo, Kris Wartabone, juga akan maju dalam Pemilihan Gubernur Gorontalo. Hamzah Isa memilih Abdurrahman Abubakar Bahmid, mantan anggota DPD RI dua periode (2014-2019, 2019-2024) dan pernah menjadi anggota DPRD Provinsi Gorontalo periode 2009-2014. Ustad Bahmid adalah mantan Ketua DPW PKS Gorontalo yang “Dinaturalisasi” PDIP dan Partai Amanat Nasional untuk maju sebagai Calon Wakil Gubernur Gorontalo mendampingi Hamzah Isa.

Kini masyarakat Gorontalo tinggal menunggu hasil pertarungan “nama besar” dan “naturalisasi” para kandidat pada tanggal 27 November mendatang. Memang tidak semua bisa memenuhi ekspektasi tinggi masyarakat, karena nama besar dari para kandidat. Masing-masing pasangan calon pasti punya kekurangan dan kelebihan. Tinggal memilih sesuai kriteria masing-masing.

Related posts