Persoalan Rusli Vs Darwis, AD Khaly Ingatkan Fadel Muhammad

AD Khaly. Foto: istimewa

Gorontalo – Terkait insiden yang terjadi antara Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dan Bupati Darwis Moridu, mengingatkan Fadel Muhammad sebaiknya memberikan pernyataan yang menyejukkan, mengingat Fadel adalah mantan Gubernur Gorontalo.

“Jangan malah memperkeruh suasana, yang nantinya akan memecah belah masyarakat,” tegas AD Khaly, Kamis (7/2/2019), dilansir dari Hulondalo.id

Ia juga menambahkan, kalaupun ada masalah politik antara Gubernur dan Fadel Muhamad, tak perlu memanfaatkan insiden yang terjadi di Desa Mohungo, menjadi komoditas politik. Karena pada dasarnya rakyat tidak tahu apa-apa.

Read More

Tokoh adat Gorontalo ini kemudian menyarankan sebagai tokoh nasional, Fadel harusnya menjadi penegah. “kalau hanya persoalan bantuan yang terlambat, bencana alam di Palu itu hampir semua bantuan terlambat. Bahkan pemerintah di sana ada yang datang setelah 3 hari pasca bencana. Alhamdulillah tidak ada yang marah-marah, baik Gubernur, Wali Kota maupun Wakil Wali Kota di sana,” ungkap AD Kaly.

Jangan Korbankan Rakyat di Urusan Politik

“Sebagai Bupati seharusnya pak Darwis Moridu sadar bahwa kedudukan gubernur itu lebih tinggi dari Bupati. Secara undang-undang, gubernur itu adalah perwakilan pemerintah pusat di daerah. Sehingga sebagai Bupati, pak Darwis seharusnya menghormati dan menghargai gubernur,” saran AD Kaly, kepada Bupati Boalemo.

Kalaupun Darwis Moridu marah karena gubernur terlambat, AD Khaly mengatakan yang seharusnya dilakukan bupati adalah pulang dan meninggalkan lokasi. Jangan berlindung mengatasnamakan rakyat, kemudian marah-marah di depan masyarakat. “Ini jadi tontonan, sehingga tidak baik,” kata AD Khaly menambahkan.

Seperti diketahui, Gubernur Rusli habibie juga sudah menyampaikan permohonan maaf secara terbauka dihadapan masyarakat, ditambah lagi dengan pernyataannya didepan wartawan untuk menyudahi saja persoalan tersebut dan meminta untuk memberitakan yang baik-baik saja, demi menjaga stabilitas daerah jelang Pemilu Serentak.

“Ini tindakan luar biasa dari seorang pemimpin (Gubernur). Seorang pemimpin itu biasanya sulit mengakui keselahan, apalagi secara terbuka meminta maaf. Saya khawatir persoalan ini sengaja dipanas-panasi oleh orang-orang tertentu,” pungkasnya. [*]

Sumber: Tim Media Publisher

Related posts