Pemprov Siapkan Posko Alat Tester Kadar Air Jagung

Kadis Pertanian Muljady D. Mario (kanan), bersama Kadis Kumperindag M. Nadjamuddin (kiri), saat menggelar jumpa pers di Rumah Jabatan Gubernur, Rabu (27/2). Foto: Dok.Humas-Isam

Gorontalo – Beredar kabar turunnya harga di tingkat petani langsung direspon oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui Diskumperindag bersama Dinas Pertanian, untuk menyiapkan posko-posko alat tester kadar air jagung.

Hal tersebut diungkapkan saat menggelar jumpa pers di Rumah Jabatan Gubernur, Rabu (27/2/2019), yang dihadiri oleh pihak Kementrian Pertanian diwakili oleh Kasubdit Jagung, Direktorat Serealia Andi Mohamad Saleh, Kepala Perum Bulog Gorontalo Munafri Syamsuddin, Kadis Pertanian Muljady D. Mario serta Kadis Diskumperindag M. Nadjamuddin.

Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian Perdagangan Provinsi Gorontalo, M. Nadjamudin dalam kesempatan tersebut mengatakan, sudah menyiapkan posko-posko alat tester kadar air jagung berdekatan dengan gudang pengumpul. Hal dimaksudkan agar petani penjual mempunyai alar ukur pembanding dengan alat ukur gudang sehingga potensi perbedaan kadar air bisa diminimalisir.

Read More

“Kami bekerjasama dengan Dinas Pertanian juga menggelar sidak. Apakah memang kandungan airnya atau di testernya. Soal harga, tidak mungkin turun karena di luar sana pasarnya sangat banyak baik dalam negeri maupun kebutuhan ekspor,” kata Kadis Kumperindag M. Nadjamuddin.

Menurutnya, harga batas bawah jagung telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp.3.150,- per kilogram. Angka itu tidak saja untuk memperhatikan kesejahteraan petani, tetapi juga kesejahteraan peternak dan masyarakat.

“Jika harga jagung terlalu mahal, dihawatirkan akan berdampak pada harga pakan ternak yang tinggi. Pada akhirnya akan berdampak juga pada harga ternak dan telur ayam yang mahal diakses masyarakat,” pungkasnya.

Hal senada juga diungkapkan Kasubdit Jagung, Direktorat Serealia Kementrian Pertanian Andi Mohamad Saleh. Menurutnya, kualitas jagung di lapangan sangat menentukan harga jual. Jika jagung dijual dalam kondisi basah maka akan berpengaruh pada biaya produksi gudang penampung yang harus melakukan proses pengeringan.

“Baru empat hari lalu saya panen di Gresik (Jawa Timur). Saya tanya petaninya berapa harganya? Rp3.500,- pak. Harga di luar masih sangat tinggi, artinya harga turun masih perlu dipertanyakan?,” terang Andi.

Untuk menjaga kualitas jagung kering di tingkat petani, pemerintah provinsi telah melakukan berbagai upaya. Di antaranya dengan membagikan 10 unit dryer dengan kapasitas 6 ton/jam pada tahun 2018. Ada pula bantuan lantai jemur dan terpal kepada kelompok petani. (adv)

Sumber: Humas Pemprov Gorontalo

Related posts