Pojok6.id (Buteng) – Pemerintah Desa (Pemdes) Terapung, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah (Buteng) berinovasi mensinergikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Desa sebagai pusat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat lokal, memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Terapung dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Cahaya Faiz muncul sebagai pilar utama dalam membawa desa menuju kemandirian ekonomi.
“Kita akan mengeksplorasi pentingnya kolaborasi, sinergi, dan keterpaduan seluruh unsur desa dalam pengembangan ekonomi lokal serta mengungkap kunci sukses dalam kemitraan antara BUMDes dan UMKM untuk mencapai tujuan pembangunan desa yang mandiri,” kata Kades Terapung, Pamaruddin saat dikonfirmasi, Jumat (22/11/2024).
Pamaruddin menjelaskan, pentingnya kolaborasi dan sinergi tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata dalam membangun desa mandiri. Kolaborasi melibatkan seluruh unsur desa, termasuk pemerintah desa, BUMDes, UMKM, lembaga kemasyarakatan, dan masyarakat. Sinergi ini menciptakan fondasi yang kuat untuk mengoptimalkan potensi desa dan mencapai kemandirian ekonomi.
“BUMDes, sebagai entitas bisnis yang dimiliki oleh masyarakat desa, memiliki peran strategis dalam membimbing desa menuju mandiri. Dengan mengelola sumber daya lokal secara efisien, BUMDes dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi. Pada tingkat mikro, BUMDes dapat memberikan peluang bagi UMKM lokal untuk berkembang dan bersaing di pasar yang lebih luas. BUMDes juga berfungsi sebagai lembaga yang mengoordinasikan program-program pembangunan ekonomi desa,” terangnya.
UMKM Cahaya Faiz tersebut, lanjut Pamaruddin mengatakan telah lama terbentuk, sejak tahun 2018 dan mendapatkan bantuan modal serta penghargaan sistem keterbukaan informasi dari Kementerian Desa.
UMKM tersebut yang bekerjasama dengan BUMDes telah menghasilkan banyak produk dengan bahan dasar ikan teri. Dimana, harga ikan teri cukup mahal karena proses pengolahan tidak mudah dan harus melalui penggaraman, perebusan dan pengeringan.
“Banyak upaya yang telah dilakukan dari menguji proksimat protein hingga uji rasa memakan waktu 3 tahun lamanya. Akhirnya produk produk itu berhasil diterima hingga dapat dipasarkan seperti, kerupuk ikan teri waburense atau ikan teri balado, sambal teri kacang, kerupuk teri ikan dan sambal baby cumi,” ujarnya.
Dalam memasarkan produk UMKM Cahaya Faiz ke warung-warung atau toko-toko, pihaknya mencoba beberapa strategi, mulai dengan berdiskusi dengan pihak retail secara tatap muka.
Menyiapkan paparan singkat mengenai produk yang ditawarkan. Menentukan segmen pasar yang jelas serta memanfaatkan teknologi informasi, seperti iklan berbasis jejaring media sosial.
“Pemasaran perbulan produk kerupuk ikan teri waburense atau ikan teri balado, sambal teri kacang, kerupuk teri ikan dan sambal baby cumi tersebut dilakukan dengan cara mendistribukan ke warung, toko hingga mini market (Andaba), omsetnya perbulannya atau total pendapatan kotor yang diperoleh dari penjualan produk berkisar Rp 18 juta,” lanjutnya.
Atas itu, Pamaruddin sangat berharap kepada pemerintah daerah (pemda) Kabupaten Buton Tengah untuk dapat memperhatikan atau memberdayakan UMKM di seluruh Kabupaten.
Misalnya, beberapa kebijakan pemerintah yang dapat mendukung UMKM, di antaranya, akses keuangan, pelatihan dan pengembangan kapasitas, digitalisasi UMKM, regulasi dan perlindungan usaha. (ADV)