Pandemi Bayangi Perayaan Iduladha di Berbagai Penjuru Dunia

Pandemi
Umat Muslim berkumpul untuk salat Iduladha di dalam Masjid Al-Azhar di Kairo, Mesir 20 Juli 2021. (Foto: REUTERS/Mohamed Abd El Ghany)

Pojok6.id (Peristiwa) – Umat Islam di berbagai penjuru dunia, Selasa (20/7), merayakan Iduladha di bawah bayang-bayang pandemi, dan di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang varian Delta virus corona yang sangat menular.

Iduladha, atau Hari Raya Kurban, biasanya ditandai dengan salat berjemaah, pertemuan sosial besar dan, bagi banyak orang, menyembelih hewan kurban dan membagi-bagikan dagingnya kepada mereka yang membutuhkan.

Tahun ini, hari besar bagi Muslim ini berlangsung  ketika banyak negara memerangi varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India, sehingga mendorong beberapa negara untuk memberlakukan pembatasan-pembatasan baru atau mengeluarkan seruan untuk menghindari kegiatan berkumpul dan mengikuti protokol kesehatan.

Read More

tahun ini membatasi kegiatan ibadah haji yang hari terakhirnya bertepatan dengan peringatan Iduladha. Setiap tahun, ibadah yang satu ini menarik sekitar 2,5 juta Muslim dari seluruh dunia untuk datang ke kota suci Makkah di Arab Saudi. Penyelenggaraan haji tahun ini hanya diikuti oleh  60.000 orang yang sebelumnya memang telah berada di negara itu  — baik warga negaranya maupun warga negara asing.

Indonesia menandai Iduladha yang suram di tengah gelombang baru kasus virus corona yang memprihatinkan.  Negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia ini melarang pertemuan besar dan membatasi perjalanan  secara ketat, sehingga kegiatan mudik  yang biasanya ikut mewarnai hari besar ini tidak terjadi.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin, yang juga seorang ulama berpengaruh, mengimbau masyarakat untuk melaksanakan salat hari raya di rumah bersama keluarga. “Jangan berkumpul,” kata Amin dalam sambutannya di televisi menjelang dimulainya liburan. ”Melindungi diri dari pandemi COVID-19 adalah wajib.”

Di Malaysia, langkah-langkah pengamanan diperketat setelah lonjakan tajam dalam infeksi meskipun telah memberlakukan lockdown nasional sejak 1 Juni.  Orang-orang dilarang mudik ke kampung halaman mereka atau bepergian  untuk merayakannya. Kunjungan ke rumah tetangga dan ziarah ke kuburan juga dilarang.

Foto udara menunjukkan umat Islam Indonesia melaksanakan salat Idul Adha di sebuah masjid di tengah lonjakan kasus COVID-19 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 20 Juli 2021. (Foto: Antara/Makna Zaezar via Reuters)

Jemaah yang sehat diizinkan untuk berkumpul untuk salat di masjid, dengan jarak sosial yang ketat dan tidak ada kontak fisik. Kegiatan menyembelih hewan kurban dibatasi hanya di masjid atau  tempat lain yang disetujui.

Lockdown juga  sangat membatasi perayaan Iduladha di Sydney dan Melbourne, dua kota terbesar di Australia. Jihad Dib, seorang anggota parlemen pemerintah negara bagian New South Wales, mengatakan Muslim di Sydney, kota tempatnya tinggal,  sedih tetapi mengerti mengapa mereka harus tinggal di rumah  dan tidak menerima kedatangan pengunjung.

Iran memberlakukan lockdown selama seminggu di Ibu Kota, Teheran, dan wilayah sekitarnya,   ertepatan dengan Hari Iduladha. Media pemerintah melaporkan, langkah itu diambil mengingat negara itu kewalahan menanggulangi lonjakan kasus baru virus corona.

Tidak semua negara memberlakukan pembatasan ketat. Di Bangladesh, pihak berwenang telah mengizinkan jeda lockdown selama delapan hari untuk memungkinkan Muslim merayakan hari besar itu, meski mendapat peringatan keras dari para pakar kesehatan mengenai risiko yang akan dihadapi.

Di Mesir,  seorang warga bernama Essam Shaban melakukan perjalanan ke kampung halamannya di Sohag, di bagian selatan, untuk menghabiskan liburan Iduladha bersama keluarganya. Ia melakukan salat berjemaah di sebuah masjid di sana sambil mengambil tindakan pencegahan seperti membawa sajadah sendiri dan mengenakan masker. [voa]

Related posts