Pojok6.id (Seni) – Secara historis Gorontalo dan Sulawesi Utara memang sudah terkoneksi. Baik secara teritori maupun manusianya. Para perupa Sulawesi Utara (Sulut) dan perupa Gorontalo menginisiasi pameran seni rupa bertajuk ‘Bakar Manyala‘.
Pameran seni rupa ini dapat ditemui di Riden Baruadi GALLERY, di jalan Raja Eyato, Kelurahan Limba-B, Kota Selatan, Kota Gorontalo. Pameran ini terbuka untuk masyarakat umum mulai sejak, Selasa 9 hingga 20 November 2021.
Sejumlah perupa, pegiat budaya, anak muda yang tergabung dalam beragam komunitas, juga mahasiswa antusias dengan adanya pameran ini. Adalah Dicky Senda, seorang penulis dan pegiat budaya yang juga founder Lakoat.Kujawas asal Mollo Nusa Tenggara Timur, yang membuka kegiatan ini.
Pada awalnya, Dicky sapaan akrabnya, merasa kurang layak untuk membuka acara tersebut, namun ia menyadari satu hal tentang mengapa ia ditunjuk membuka giat tersebut.
Menurutnya, Bakar Manyala merupakan frasa yang tak asing di telinga orang-orang dari Indonesia Timur. Hal itu yang membuat dia merasa terterima dengan baik di daerah bumi Hulontalo.
Ia percaya bahwa, kehadiran para perupa, kaum muda, dan semua yang terlibat pada giat ini memiliki rasa keterhubungan, rasa persaudaraan, serta solidaritas.
“Kita semua sebenarnya saling beririsan, misalnya, saya hadir di sini bertemu dengan teman-teman di Huntu Art Distrik, kemudian saya berkenalan dengan perupa Gorontalo dan Sulawesi Utara serta ketemu dengan orang-orang muda kreatif yang bergiat di sini, itu semua karena semesta mendukung,” ucap Dicky.
Dicky merasa sangat senang akan giat ini, dan ia berterimakasih kepada kawan-kawan perupa di Gorontako yang telah membuat ruang titik temu, di mana, generasi tua dan muda lintas suku dan agama bisa duduk bersama.
Menilik tentang Bakar Manyala. Djufryhard, direktur Riden Baruadi GALLERY menyatakan, pemilihan tema Bakar Manyala dalam gelaran pameran kali ini didasari atas realitas dan koneksi budaya Gorontalo dan Sulawesi Utara yang sangat familiar dengan istilah teraebut. Bakar Manyala selama ini identik dengan minuman lokal yang dibuat secara tradisional berbahan dasar nira aren. “Bakar Manyala menunjukan bahwa minuman tersebut berkadar alkohol tinggi dan ketika dibakar mengeluarkan api biru tak ubahnya dengan spiritus”.
“Bakar Manyala dalam ruang seni & rupa menegasikan tentang semangat dan komitmen bersama untuk memperkenalkan serta menyebarkan pesan-pesan persaudaraan dan perdamaian melalui ragam karya & teknik senirupa”.
Pada pembukaan pameran seni ini, Suleman Dangkua, perupa Gorontalo yang karya lukisannya ikut dipamerkan dalam sambutannya menyampiakan bahwa gagasan awal pameran ini diinisiasi oleh perupa Iwan Yusuf waktu berkunjung ke Manado, Sulawesi Utara. Ketika itu, Yusuf bertemu dengan Alfred Polontodo, perupa Manado.
Dari pertemuan itu, timbul kesadaran akan keterpisahan antara perupa Gorontalo dan Sulawesi Utara, yang sebenarnya masih dalam satu rumpun di utara pulau sulawesi.
“Kita sebenarnya sangat dekat tapi juga terasa sangat berjarak, hal inilah menjadi cikal bakal kita untuk bersama melakukan pameran, melukis bersama, guna menyatukan” ucap Suleman.
Giat pameran ini digagas untuk menyambung silaturahim antara perupa Gorontalo dan Sulawesi Utara. Sebanyak 24 lukisan dari beragam aliran dihadirkan dalam pameran ini. 12 perupa Gorontalo dan 11 perupa Sulut menjadi tamu Riden Baruadi GALLERY dalam gelaran pameran selama 2 pekan tersebut.
Bakar Manyala ini diangkat guna membangkitkan kembali semangat kebersamaan. Pameran Bakar Manyala ini menjadi letupan-letupan dari masing-masing perupa untuk mengekspresikan karyanya.
Spirit ini, kata Suleman, yang akan menyambungkan persaudaraan para perupa di pulau Sulawesi. Karena, menurutnya perlu terus didorong lahirnya kerjasama kreatif antara perupa Gorontalo deng a perupa dari luar Gorontalo.
Kehadiran pameran ini, disambut antusias dan mendapat beragam apresiasi dari masyarakat Gorontalo. Walaupun secara umum apresiasi atas karya senirupa di Gorontalo masih jauh dari harapan, namun Suleman berharap, dengan adanya giat-giat seperti ini lambat laun masyarakat Gorontalo akan semakin mencintai dan menghargai karya senirupa.
“Apalagi acara ini tidak hanya ada pameran lukisan, tapi juga ada pidato kebudayaan, ada juga melukis bersama. Dari ini kami ingin memenunjukkan sekaligus mengajak masyarakat untuk hadir dan berinteraksi dalam kegiatan berkesenian seperti ini,” ucapnya
Harapannya, akan ada pameran seperti ini yang secara periodik dilakukan dengan para perupa Sulawesi Utara, bahkan tidak hanya sampai di situ, ini akan jadi semangat cincin api yang jalurnya dari Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan kembali ke Utara. Akan menghubungkan semangat bersama para perupa se Sulawesi.
“Seperti filosofi gambar Bakar Manyala dengan korek Zippo yang bila ditiup angin tak padam,” tuturnya.
Kemudian, dari Alfred Polontodo, seorang perupa asal Sulawesi Utara menyampiakan, pameran ini bertujuan menjadi embrio kerjasama para perupa Sulut dan Gorontalo.
“Temanya itu Bakar Manyala yang mungkin identik dengan minuman beralkohol Tapi kami ingin menampilkan sisi positif dari istilah tersebut bahwa setiap kita ketemu, akan saling memberi semangat memberi percikan ide kemudian menyalakan api kreativitas,” jelasnya
Alfred menyatakan, para perupa baik dari Sulut maupun Gorontalo ingin membangun pesan kepada masyarakat melalui media seni karya mereka masing-masing. Memantik ‘Bakar Manyala’, memberi pesan positif kepada masyarakat untuk bisa lebih kuat dalam menghadapi kondisi Pandemi Covid-19 saat ini.
Para perupa memberi tawaran oase bagi masyarakat, yang pada umumnya selalu disuguhi informasi melalui media-media, dimana kemudian mereka menawarkan oase yang lain, bahwa, masyarakat boleh berinteraksi dengan karya para perupa sehingga mendapatkan kesejukan dan ketenangan melalui karya seni rupa.
Ia berharap kegiatan seperti ini akan berlanjut. Pada rencananya di kedepannya mereka akan menggelar giat Bakar Manyala #2 di Manado, Sulawesi Utara.
“Dua tahun berikut kami perupa Sulut dan Gorontalo akan mengajak perupa Sulawesi Tengah untuk terlibat dan bersama-sama menyalakan serta menyebarkan api semangat di daratan Sulawesi,” ungkapnya.
Kepada para perupa Gorontalo, Alfred merasa sangat kagum dan terpesona dengan semangat kebersamaan dan kemandirian tanpa pamrih. Apalagi dengan adanya Riden Baruadi GALLERY sebagai wadah bersama yang sangat representatif bagi pegiat seni dan rupa untuk menampilkan karyanya.
Hal itu menurutnya, merupakan sebuah lompatan besar yang tidak dimiliki oleh perupa di Sulut. Ia juga mengapresiasi kawan-kawan perupa Gorontalo yang sangat giat dengan ide-ide kreatif untuk menciptakan event berkualitas, semua memberi diri, saling mengisi, bersumbangsih dengan bidang, kapasitas dan kemampuan masing-masing. Semua itu dilakukan kawan-kawan perupa di Gorontalo dengan sangat baik, dan itu menginspirasi kami dari Sulut.
“Kawan-kawan perupa Gorontalo bisa menyatukan para pegiat lintas komunitas bisa bersatu di dalam event pameran ini. Bagi kami itu inspirasi yang bisa kami ambil dan harus bisa kami terapkan di Sulut,” (rls)