Minneapolis, Kota Besar Pertama di Amerika Yang Izinkan Kumandang Suara Azan

Kumandang Suara Azan
Sebuah masjid di AS, 1 November 2017. (Foto: REUTERS/Ashlee Espinal)

Dar Al-Hijrah memasang dua pengeras suara (loudspeaker) besar di atap bangunan masjid untuk memanggil muslim di kawasan itu yang mayoritasnya adalah orang-orang Somalia. Wali Dirie, Direktur Eksekutif Masjid Dar Al-Hijrah, membuka kotak penutup dari kayu yang melindungi pengeras suara itu dari cuaca.

“Ini adalah penutupnya. Kalau hujan, kami naik ke sini dan menutupnya,” katanya.

Masing-masing pengeras suara itu menghadap ke satu set gedung apartemen bertingkat yang menampung ratusan keluarga dan warga lanjut usia.

Read More

Dari Dar Al-Hijrah, hanya 10 menit berkendara, di Minneapolis Selatan terletak Pusat Islam dan Masjid Abubakar As-Saddique. Imam Mowlid Ali baru saja selesai memimpin salat Zuhur. Ia menjelaskan tentang azan.

“Azan disampaikan dalam bahasa Arab. Secara linguistik artinya mengumumkan kepada semua orang bahwa waktu salat telah tiba,” katanya.

Seorang perempuan Muslim pergi ke masjid di AS, 10 Mei 2019, sebagai ilustrasi. (Foto: REUTERS/Amr Alfiky)

Di Minneapolis terdapat lebih dari 20 masjid. Seperti umumnya masjid di sana, Pusat Islam dan Masjid Abubakar berencana mengadakan pertemuan dengan tetangga mereka terlebih dahulu sebelum mengumandangkan azan secara terbuka mulai minggu depan.

“Jadi, kota telah menyetujui (dikumandangkannya azan), tetapi sebagai masjid, kami ingin benar-benar membeli sistem pengeras suara yang baru. Dan kami juga ingin menginformasikan kepada masyarakat di sekitar, mengajak mereka terlibat, dan memberi tahu mereka tentang keputusan itu bahwa kami sebenarnya akan mengumandangkan azan secara terbuka,” kata Mowlid Ali.

Dengan dikumandangkannya azan, Imam Ali berharap, masjid akan membantu mengedukasi tetangganya tentang agama Islam.

Di ujung jalan, dalam jangkauan suara azan, terletak Gereja Lutheran Santo Paul di mana pendeta Hierald Osorto memimpin jemaat di sana. Ia tidak keberatan mendengar azan berkumandang. “Saya telah melihatnya,” kata Osorto, mengacu pada keragaman dan inklusi kawasan perumahan itu.

“Saya datang ke pesta komunitas tempo hari, dan di sana hadir keluarga orang-orang Somalia. Ada keluarga orang-orang Haiti, orang-orang Latin, semua berkumpul. Dan saya membacakan doa. Ibu Somalia menyampaikan doa dalam bahasa Arab, dan yang lain menyampaikan sesuatu (dalam bahasa mereka). Dan mereka tidak tahu bahasa masing-masing, tetapi mereka tahu bahwa mereka ada di sana untuk komitmen bersama bagi komunitas,” ujarnya.

Related posts