Pojok6.id (Buton Tengah) – Kurang lebih delapan bulan sejak diamanahkan memimpin Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Andi Muhammad Yusuf, telah berhasil menggerakkan berbagai program. Menekan angka stunting menjadi salah satu program prioritasnya.
Berdasarkan Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat Elektronik (E-PPGBM) Dinas Kesehatan Buton Tengah, prevalensi stunting di daerah ini mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Dari 23,4 persen pada tahun 2021, mengalami penurunan menjadi 22,3 persen pada tahun 2022, lalu menurun cukup signifikan di tahun 2023 menjadi 15,7 persen (data per Agustus 2023).
Penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Buton Tengah dipengaruhi oleh kerja sama lintas sektor yang semakin membaik. Pemerintah daerah mendorong keterlibatan aktif dari Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mulai dari tingkat kabupaten, tingkat kecamatan hingga ke tingkat desa.
“Untuk menekan stunting dibutuhkan kerja keras dan konsistensi dari semua pihak,” ujar Pj Bupati Buteng, Andi Muhammad Yusuf.
Beberapa program telah dilaksanakan, di antaranya Bapak dan Bunda Asuh Stunting, yang melibatkan semua organisasi perangkat daerah serta tokoh masyarakat untuk berkolaborasi. Program ini bertujuan mengimplementasikan semua kebijakan terkait penurunan stunting, mengurangi beban pengeluaran keluarga berisiko stunting, serta mendorong peran masyarakat dalam menangani stunting.
Lalu, ada Bina Keluarga Balita Holistik Integratif Unggulan (BKB HIU). Program ini bertujuan mendukung percepatan penurunan stunting melalui pelayanan holistik dan integratif. Melalui BKB HIU, setiap anak akan mendapatkan pelayanan pendidikan, perawatan kesehatan gizi, dan pengasuhan secara terpadu dan terintegrasi antara pihak terkait yaitu BKB, Posyandu, dan PAUD. Selain melakukan intervensi spesifik dak dan intervensi sensitif, pemerintah juga terus mendorong peningkatan infrastruktur kesehatan.
Untuk menekan stunting di Buteng, dibutuhkan perhatian khusus pada beberapa perilaku kunci. Di antaranya, praktik pemberian ASI eksklusif di bawah enam bulan yang tercatat baru mencapai angka 60,5 persen. Hal ini disebabkan kurangnya dukungan anggota keluarga terutama suami, mertua dan orang tua serta pemahaman manajemen laktasi yang kurang.
Masih tingginya pernikahan usia muda dan rendahnya pelaporan pernikahan tiga bulan sebelum menikah, menjadi penyebab Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil yang mencapai 26,8 persen. Selain itu, diperlukan pemantauan pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri di sekolah.
Dinas Kesehatan Buteng mencatat, ada sejumlah faktor determinan yang masih menjadi kendala penurunan stunting di Buteng di antaranya masih tingginya kebiasaan merokok, rendahnya kepemilikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) balita stunting, serta kepemilikan jamban sehat.
“Belanja daerah pada tahun 2024 salah satunya akan difokuskan pada pembangunan sarana dan prasarana terkait langsung dengan penurunan angka stunting dan kemiskinan ekstrem,” pungkas Andi Yusuf.