AMERIKA SERIKAT – Joe Biden diproyeksikan sebagai Presiden Terpilih Amerika Serikat, Sabtu (7/11) pagi. Biden berhasil meraih 273 kursi elektoral dengan tambahan 20 suara elektoral dari Pennsylvania.
Lima negara bagian lain masih terus melangsungkan penghitungan suara, termasuk negara bagian Georgia yang melakukan penghitungan ulang sejak Jumat (6/11).
Beberapa menit setelah menerima kabar proyeksi kemenangannya, Joe Biden mencuit di Twitter, “Amerika, saya merasa terhormat telah terpilih untuk memimpin negara kita yang hebat ini. Pekerjaan ke depan akan sulit, tetapi saya berjanji akan menjadi presiden untuk seluruh warga Amerika, baik yang memilih saya atau tidak. Saya akan menjaga keyakinan yang telah diberikan pada saya.”
Tak lama kemudian ia mengeluarkan pernyataan tertulis yang kurang lebih sama. “Saya merasa terhormat dan rendah hati atas kepercayaan yang diberikan rakyat Amerika kepada saya dan Wakil Presiden Kamala Harris.”
Ia juga menegaskan bahwa besarnya jumlah partisipasi politik dalam pemilihan presiden ini “membuktikan sekali lagi bahwa Demokrat berdenyut kencang di Amerika.”
Biden telah berada di dalam lingkaran politik Amerika selama hampir setengah abad dan diproyeksikan akan memenangkan pemilihan presiden. Ketika ia dilantik pada 20 Januari nanti, ia akan menjadi pemimpin tertua dalam sejarah Amerika.
Biden, yang telah menjabat di Senat Amerika selama 36 tahun dan delapan tahun sebagai pendamping mantan presiden Barack Obama, diproyeksikan oleh sejumlah kantor berita mengalahkan petahana Presiden Donald Trump dari Partai Republik, dalam sebuah kampanye yang sengit, beberapa hari setelah pemilihan presiden 3 November. Hasil penghitungan suara di seluruh negara bagian masih harus disertifikasi secara resmi dan masih akan menghadapi beberapa gugatan hukum, tetapi diperkirakan tidak akan mengubah proyeksi kemenangan ini.
Trump: Pemilihan Presiden Masih Jauh dari Selesai
Tak lama setelah Biden keluarkan cuitannya, dalam pernyataannya, Presiden Trump katakan “pemilihan ini masih jauh dari selesai.” Ia juga klaim Joe Biden terburu-buru menyatakan kemenangannya karena tidak ingin kebenaran terungkap.
“Kenyataannya sederhana, pemilu jauh dari selesai. Joe Biden belum disahkan sebagai pemenang di negara bagian manapun, apalagi di negara bagian yang masih harus melakukan penghitungan ulang, atau di negara bagian di mana tim kampanye kami telah mengajukan tuntutan hukum sah yang pada akhirnya akan menentukan pemenang sesungguhnya.”
“Suara yang legal yang menentukan siapa yang jadi presiden, bukan media,” tambahnya.
Ia juga mengatakan mulai Senin (9/11), tim kampanyenya akan memulai proses hukum untuk memastikan hukum pemilu ditegakkan sepenuhnya, dan pemenang yang sah yang menduduki jabatan.
Biden Jadi Presiden Terpilih Tertua dalam Sejarah AS
Joe Biden menjadi presiden terpilih beberapa hari setelah hari pemilihan presiden Selasa lalu (3/11) ketika petugas pemilihan di puluhan negara bagian menyelesaikan tabulasi jutaan suara dari surat suara yang dikirim lewat pos oleh para pemilih yang tidak ingin datang ke tempat-tempat pemungutan suara (TPS) karena khawatir dengan perebakan virus corona, yang sejauh ini telah menjangkiti lebih dari 9,2 juta orang di Amerika.
Biden, yang akan berusia 78 tahun ketika dilantik nanti, memenangkan kursi kepresidenan setelah tiga kali bertarung dalam pemilu, dua di antaranya gagal yaitu ketika ia berupaya meraih nominasi calon presiden Partai Demokrat pada 1988 dan 2008.
Kamala Harris, Perempuan Pertama Jadi Wapres AS
Kini ia akan memimpin bersama senator asal negara bagian California, Kamala Harris, yang sebelumnya juga menjadi penantangnya ketika memperebutkan nominasi Partai Demokrat. Ketika dilantik nanti Kamala akan menjadi perempuan pertama dalam sejarah 244 tahun Amerika yang menjadi wakil presiden. Ia adalah perempuan multi-etnis pertama yang meraih posisi puncak. Ayahnya berasal dari Jamaika, sementara ibunya berasal dari India.
Setelah slogan Presiden Trump “Amerika yang Pertama” atau “America First” membuat Amerika menarik diri dari sejumlah perjanjian internasional, Biden berjanji akan melibatkan kembali Amerika dalam perjanjian-perjanjian penting itu, termasuk kembali mengikuti Perjanjian Iklim Paris dan perjanjian untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Amerika secara resmi keluar dari Perjanjian Iklim Paris pada 4 November lalu, atau sehari setelah pilpres. Amerika telah keluar dari perjanjian nuklir Iran pada 2018, atau tiga tahun setelah menyepakati perjanjian strategis itu dengan lima negara adidaya lainnya.
Amerika menggunakan bentuk demokrasi tidak langsung, bukan pemungutan suara secara langsung, untuk memilih pemimpinnya. Hasilnya diputuskan secara efektif dalam pemilihan negara bagian demi negara bagian di seluruh Amerika, juga di Ibu Kota AS, Washington DC. Diperlukan 270 suara elektoral dari 538 suara elektoral yang ada untuk memenangkan pemilihan presiden ini. [**]
Berita ini akan kami terus perbarui.
Sumber Berita dan Foto: VoA Indonesia