Gitaris Perempuan, Hapus Stigma di Industri Musik

Seorang teknisi mengatur gitar dari koleksi David Gilmour, gitaris, penyanyi dan penulis lagu Pink Floyd di ruang lelang Christie di London, Rabu, 27 Maret 2019. (Foto: AP)

OREGON – Fabi Reyna tampil di panggung-panggung di seluruh dunia, mengelola festival musik dan menjadi pendiri serta pemimpin redaksi majalah “She Shreds” yang didedikasikan bagi dan basis perempuan.

“Tujuan saya selalu untuk memastikan bahwa kami melayani orang yang kurang terlayani. Sejarah menunjukkan ada begitu banyak gitaris perempuan yang tidak diketahui publik,” kata Reyna.

“Saya kira, sejujurnya, siapa yang menyampaian cerita-cerita ini, siapa yang menciptakan sejarah? Siapa yang menulis buku, siapa yang berada di posisi eksekutif untuk mengambil keputusan? Sebagian besar, lebih dari 90% adalah laki-laki kulit putih. Terutama di Amerika,” lanjutnya.

Read More

Di halaman-halaman majalah “She Shreds,” Reyna dan timnya berulangkali menulis bahwa perempuan sama baiknya dengan laki-laki, dan [can rock right alongside] laki-laki. Tetapi Reyna sendiri mengatakan ia membutuhkan waktu lama untuk memahami hal itu.

Reyna lahir di Meksiko dan dibesarkan di Texas, tetapi kini ia tinggal di Portland, Oregon. Ia mulai bermain gitar ketika masih anak-anak, tetapi sebagai musisi muda ia tidak pernah tampil.

“Saya dibesarkan di saat ketika anak laki-laki seumur saya –sepuluh atau sebelas tahun– mengatakan pada saya, ‘anak perempuan tidak main gitar.’  Dan hal itu normal karena guru-guru juga mengajarkan demikian,” kata Reyna.

Gitar listrik produksi PRS (Paul Reed Smith) Guitars sebagai ilustrasi (Foto: Wikipedia).

Pada usia 18 tahun Reyna memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan, dan justru melakukan tur musik keliling Amerika bersama kelompok band-nya. Setelah melangsungkan konser selama satu tahun, muncul gagasan untuk mempublikasikan majalah yang khusus didedikasikan bagi pemain gitar perempuan. Diperlukan tiga tahun lagi hingga edisi pertama majalah “She Shreds” dipasarkan.

Kini Reyna telah menerbitkan majalah itu selama tujuh tahun, tiga edisi dalam satu tahun. Tetapi Reyna mengatakan ia baru merasakan kepuasan yang luar biasa dengan bermain gitar.

“Saya kira ketika saya bermain gitar, sangat menggembirakan menemukan sesuatu  yang baru dan sesuatu yang mirip saya dan hal ini mendorong saya.  Tidak ada yang membuat saya lebih bangga ketika saya menantang diri saya sendiri sebagai gitaris, dan ketika saya mencapai sesuatu lewat gitar saya… yaitu menciptakan musik,” kata Reyna.

Reyna optimis pada masa depan perempuan dalam industri musik, dan juga gitar.

Ia yakin waktu sedang berubah dan perempuan akan meningkatkan kemampuan gitar mereka, serta kemampuan memamerkan bakat mereka sendiri. Karena tentunya para pemain gitar musik rock, tentu sangat suka jika ada pemain gitar perempuan. [**]

Sumber Berita dan Foto: VoA Indonesia

Related posts