GORONTALO – Kegiatan Seni Jelang Panen Padi, Maa Ledungga ternyata meninggalkan cerita yang tidak menyenangkan selama proses persiapan, antara para seniman yang tergabung dalam Tupalo dan Bappeda Provinsi Gorontalo.
Awalnya Bappeda Provinsi Gorontalo berencana akan membantu pendanaan kegiatan Maa Ledungga namun kerjasama urung terjadi. Bappeda Provinsi tiba tiba memilih membatalkan rencana kerjasama menjelang pelaksanaan Maa Ledungga.
Awalludin, salah satu pengiat seni Tupalo menceritakan pihaknya bersama Bappeda telah melakukan pertemuan dan komunikasi untuk membahas persiapan kegiatan Maa Ledungga. Dalam pertemuan itu, Bappeda juga meminta agar mendatangkan seniman nasional dan seniman dari luar negeri.
“Bappeda mengajukan untuk mendatangkan 10 seniman dan rencananya kami mendatangkan seniman dari Australia dan Jepang. Saya pun menyanggupinya,” kata Awal, panggilan akrab Awalludin, Minggu (15/12/2019).
Lebih jauh ia mengatakan dalam kegiatan Maa Ledungga juga akan dirangkaikan dengan peluncuran buku Gorontalo Progresif dan pameran foto yang merupakan kegiatan milik Bappeda Provinsi Gorontalo.
“Awal September saya dihubungi oleh Bappeda, menanyakan persiapan (kegiatan) Maa Ledunga. Kami itu di undang di kantor Bappeda untuk membicarakan Maa Ledungga, itu sekitar tanggal 12, dijamu oleh sekretaris Bappeda dan beberapa stafnya, mereka ingin membicarakan apa-apa kegiatan yang ada di Maa Ledungga itu?”Urainya.
Awal mengatakan niat Bappeda Provinsi Gorontalo mendanai kegiatan Maa Ledungga disampaikan kepada para seniman yang tergabung dalam Tupalo. Menurutnya saat itu Bappeda menyanggupi dana 100 juta yang akan digunakan untuk dua kegiatan Bappeda dan biaya Event Organizer (EO) sedangkan sisanya, 40 juta digunakan untuk pembiayaan tiket pesawat mendatangkan 10 seniman.
Namun dikatakan Awal bahwa rencana itu akhirnya pupus karena Bappeda membatalkan rencana membantu kegiatan Maa Ledungga.Pelaporan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) menjadi alasan Bappeda membatalkan rencana kerjasama kegiatan Maa Ledungga.
“Selasa siang bulan November tanggal 20 tiba-tiba dapat WA (WhatsApp) pembatalan, bahwa kami (Bappeda) tidak bisa support seluruhnya, seluruh kegiatan Maa Ledungga “ Kata Awal.
Keputusan Bappeda itu menurut Awal belum disampaikan ke seniman lain, selain dikhawatirkan menganggu mood seniman undangan juga ia masih berusaha mempertanyakan alasan pembatalan tersebut.
“Sebelumnya tidak ada masalah kami diundang bahkan saya sampaikan ke pak budi di WA kami ini bukan menawarkan tetapi Bappeda yang menawarkan (kerjasama itu) ” Ujarnya.
Syam Terajana, salah satu perupa anggota Tupalo yang saat ini berdomisili di Jogjakarta mengaku segera melakukan lobi untuk mendatangkan seniman nasional, begitu mengetahui kegiatan Maa Ledungga akan support oleh Bappeda. Proses lobi itupun berlangsung alot karena menyesuaikan jadwal para seniman nasional yang akan diundang.
Tapi setelah tiba di Gorontalo Syam mengaku kaget manakala mengetahui Bappeda membatalkan semua yang direncanakan.
“Setiba di bandara Awal baru buka cerita itu. Waduh saya bilang ini sama saja seperti membuang ludah ludahnya ini kembali ke kita, padahal berita Maa Ledungga ini sudah terkenal dimana-mana, tiba-tiba dibatalkan. Pemda ini berarti bikin PHP tingkat dewa, ya ini ngerjain tingkat tinggi ini namanya,” urai Syam.
Sementara itu, kurator pagelaran seni Maa Ledungga, I Wayan Seriyoga Parta mengaku kaget pembatalan dari Bappeda. Apalagi ia yang saat itu berada di Bali juga sudah mengundang beberapa seniman yang akan di boyong ke Gorontalo.
“Saat di Gorontalo baru saya paham problemnya seperti ini, akhirnya kita jadi kelabakan semua, akhirnya kita sepakat bantingan itu semua. Dan lagi dua harinya kita ketemu dengan Bappeda dan yang saya catat dengan ibu Grace (kepala seksi di Bappeda) itu, dia menyalahkan Awal dan katanya ini sudah clear dengan Awal pembatalan dan itu sudah selesai,” Ungkap Yoga
Menurutnya Bappeda Provinsi Gorntalo seolah tidak merasa bersalah dengan beralasan tidak ada Memorandum of Understanding (MoU) dengan panitia Maa Ledungga.
Seriyoga Parta yang akrab disapa Yoga menilai Bappeda seolah tak memiliki rasa bersalah. Bappeda berpegang teguh dengan tidak adanya Memorandum of Understanding (MOU) dengan panitia kegiatan Maa Ledungga. Sementara panitia Maa Ledungga hanya berpegang teguh pada kepercayaan kerja sama yang sudah terjalin melalui sejumlah pertemuan yang dilakukan.
“Dan kita anggap itu ketika Bappeda masuk berapa kali kita ngobrol itu sudah ada kepercayaan lah. Kalaupun itu masalah MoU kan mereka (Bappeda) yang menggiring kita, kan begitu. Apalagi sudah ada EO, sudah jelas ada pihak ketiga itu kan. Dan di dalam perkembangan tidak ada respon, saya bilang sudah kita putuskan saja,” kata yoga.
Klarifikasi Bappeda
Sementara Itu Kepala Bappeda Provinsi Gorontalo, Budiyanto Sidiki mengakui memang saat itu pihaknya melakukan penjajakan untuk mencoba menggabungkan dua kegiatan Bappeda dan kegiatan Maa Ledungga. Namun setelah pihaknya melakukan pengecekan dan mencermati lebih dalam, ternyata kegiatan Maa Ledungga tidak memungkinkan untuk digabungkan.
Budiyanto mengatakan secara kelembagaan dan administrasi sudah tidak lagi memungkinkan kerjasama untuk dilanjutkan. Apalagi nomenklatur kegiatan berbeda, sehingga rencana penggabungan kegiatan akhirnya dibatalkan.
“Tapi karena memang kegiatan saya itu kan pameran foto dan bedah buku, nah setelah teman-teman yang di keuangan di staf cermati satu persatu rincian kegiatannya. Memang agak susah, itu satu. itu persoalan administratif ya, jadi saya sudah sampaikan ke teman-teman mungkin secara teknis belum bisa,” kata Budiyanto saat dihubungi via telepon (18/12/2019).
Ia memastikan pembatalan rencana kerjasama ini juga untuk menghindari kekeliruan kerjasama antar kedua belah pihak. Menurutnya pelaporan kegiatan (surat pertanggungjawaban) akan sulit dilakukan sehingga kedepan harus didesain lebih spesifik untuk dapat melakukan kerjasama yang bersifat formal dengan Bappeda.
“Jadi cuma disitu cuma persoalan administrasi sebenarnya. Tapi persoalan administrasinya krusial, karena itu kan tergantung, setiap kegiatan (Bappeda) pembiayaan yang saya buat itu kan semua saya pertanggung jawabkan, kalau administrasinya agak susah saya tidak bisa paksakan,” katanya.
Terkait rencana mendatangkan 10 seniman nasional, Budiyanto mengatakan bahwa rencana mendatangkan seniman dari luar daerah bukan bagian dari rencana kegiatan Bappeda. Ia mengatakan Bappeda hanya membutuhkan narasumber pada kegiatan peluncuran buku Gorontalo Progresif dan pameran foto.
“Kayak kemarin kan teman-teman berharap kami bisa support seniman yang akan datang itu. Nah seniman yang datang itu tidak dalam rangka saya punya kegiatan. Nah tidak mungkin saya mengeluarkan pembiayaan untuk pembiayaan transport dan akomodasi tidak mungkin. Keperluan kebutuhan saya itu narasumber, jadi kalau narasumber berarti ada materi, ada paparan,” kata Budiyanto.
Ia mengatakan pembicaraan dengan panitia Maa Ledungga hanya sebatas penjajakan kerjasama dengan harapan bisa mengabungkan kegiatan. Ia pun memastikan tidak ada kesepakatan apapun selama proses penjajakan sehingga belum ada keputusan akhir untuk melakukan kerjasama.
“Dari saya sendiri, belum pernah membuat keputusan menyetujui untuk pembiayaan mendatangkan 10 orang itu. jadi itu baru kita jajaki dulu, kira-kira dari kita itu apa yang kita bisa bantu untuk ikut berpartisipasi,” kata Budiyanto memungkasi. (IYS)