GORONTALO – Sebanyak 16 jurnalis di Gorontalo mengikuti pelatihan keamanan digital yang digelar AJI Gorontalo sore tadi di Master Cafe, Kota Gorontalo, Jumat (30/04/2021).
Pelatihan yang dirangkaian dengan pameran foto bertajuk “Kebebasan Berekspresi” itu mendatangkan trainer dari Divisi Keamanan Online SAFEnet, Banimal Malabar.
Andri Arnold, Ketua AJI Gorontalo mengungkapkan, bahwa kegiatan itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan yang digelar secara nasional oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Se-Indonesia, untuk merayakan Hari Kebebasan Pers Sedunia atau World Press Freedom pada Mei nanti.
Lebih lanjut Andri menjelaskan, bahwa sebagai daerah yang minim kasus kekerasan terhadap jurnalis, tidak lantas membuat Gorontalo menjadi daerah yang bebas dari praktik pembungkaman terhadap karya-karya jurnalistik.
“Jurnalis di wilayah dengan minim konflik seperti di Gorontalo, kadang terbuai dengan rasa aman dan nyaman. Namun justru, rasa aman dan nyaman itu yang membuat jurnalis tidak siap ketika ada kasus-kasus yang bersinggungan dengan kebebasan berekspresi terjadi,” ungkapnya.
Apalagi kata Andri, bahwa hingga saat ini, AJI Gorontalo belum menemukan ada berapa jumlah Jurnalis yang terkena kasus kebebasan berekspresi, tapi yang bisa diketahui masih ada juga pemberitaan yang mengumbar data (doxing) jurnalis.
“Ada juga kasus jurnalis yang terjerat dengan UU ITE, namun bukan karena karya jurnalistiknya, tapi karena beropini di media sosial. Berkaca dari kasus yang terjadi di Gorontalo, hal yang menjadi perhatian kami, bahwa jurnalis yang diyakini mempunyai privilese dalam kebebasan berekspresi, ternyata juga berpotensi terkena jeratan UU ITE hanya karena mengutarakan opini pribadinya di media sosial. Juga masih banyak jurnalis atau media yang menjadi pelaku doxing demi memproduksi berita sensasional,” tegas Andri.
Karena itu, menurutnya AJI Gorontalo merasa perlu untuk membuat kegiatan peningkatan kapasitas jurnalis dan aktivis kebebasan berekspresi dalam bentuk pelatihan kebersihan dan keamanan digital untuk jurnalis dan kelompok kritis. Sebab, dengan mengetahui bagaimana membersihkan jejak digital, maka jurnalis ataupun para kelompok kritis bisa meminimalisir potensi di-doxing.(Rls)