Gorontalo – Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf) bekerjasama dengan Indonesia Music Forum (IMF) menggelar kegiatan belajar dan berbagi pengalaman bersama musisi dan pegiat musik yang ada di Gorontalo melalui event wROCKshop. Kegiatan ini menghadirkan 10 orang narasumber yang berkompeten di bidangnya masing-masing.
Event yang digelar selama dua hari, 25-26 Juli 2018, di Grand Q Hotel Kota Gorontalo ini, diikuti sedikitnya 100 orang peserta yang berasal dari 6 kabupaten kota di Provinsi Gorontalo, yang dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, Nancy Lahay.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Lokal Ingko Gaib mengatakan wROCKshop ini merupakan ajang bagi musisi dan pegiat musik yang ada di Gorontalo untuk saling berbagi pengalaman bersama pelaku industri musik ternama di Indonesia.
“Selama dua hari kegiatan ini, para peserta akan di bagi menjadi dua kelas, yakni kelas A tentang Optimalisasi Sound Dalam Proses Penciptaan Lagu, dan kelas B tentang Promosi dan Manajemen Musik Industri Di Era Digital, Memahami Peran Media Massa dan Kerja Jurnalistik Bagi Industri Musik, dan Aktif, Kreatif, dan Produktif Di Era Digital. Hari Kedua, bergantian pembahasannya,” kata Ingko.
Sementara itu, Buddy ACe Presidium Indonesia Music Forum Pusat saat diwawancara mengatakan, pelaksanaan wROCKshop di Gorontalo ini sudah memasuki kota ke 10. Dimana dalam wROCKshop ini tidak hanya belajar berbagai hal tentang indutri musik, tentang skill, soal hak cipta, tapi bagaimana membangu jaringan.
“Karena menurut hemat saya, industri musik indonesia yang sedang “kolaps” ini, bisa bangkit lagi dengan catatan harus menghidupkan industri yang ada di daerah. Dimana kekuatan industri musik didaerah tidak lain dan tidak bukan cuma ada satu, yaitu kearifan lokal,” kata Buddy ACe.
Menurutnya, band daerah yang hanya memainkan musik dengan genre tertentu belum tentu bisa bersaing dengan band yang sudah ada sebelumnya, jika tidak memasukan unsur etnik daerah masing-masing didalamnya.
“Itulah semangat dibalik wROCKshop. Kenapa ada wROCKshop, karena kita ingin industri musik tidak pincang. Jangan hanya ada di kota-kota tertentu tapi merata di 34 provinsi,” lanjut pria bernama lengkap Setiabudi A.C Nurdin ini.
Buddy berharap musisi dan pegiat musik yang ada di Gorontalo bisa memanfaatkan wROCKshop ini dengan membangun jaringan baru yang hadir dalam wROCKshop ini. “Ini kan ada 10 narasumber, jadi ada 10 nomor telepon atau jaringan baru bagi anak Gorontalo. Jadikanlah jaringan baru ini untuk memperbaiki diri, berkomunikasi, manfaatkan jaringan baru ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan baru dan yang terpenting menggali potensi lokal,” ungkapnya.
Buddy juga menambahkan, Gorontalo menjadi kota pertama yang merekam alat musik tradisional daerah untuk dijadikan software sampling untuk digunakan sebagai salah satu pilihan sound di keyboard. “Gorontalo menjadi kota pertama yang merekam alat musik tardisional untuk dijadikan software sampling di keyboard, kita sudah merekam 4 jenis alat musik Gorontalo. Artinya sebagai kota pertama harus menjadi pionir untuk mengembangkan musik daerahnya,” tutup Buddy.
Dalam kesempatan ini juga, Indonesia Music Forum mengukuhkan pembentukan Indonesia Music Forum Gorontalo, dan mendaulat Iwandije sebagai ketua Presidium IMF Gorontalo, yang diharapkan menjadi ekosistem musik di Gorontalo untuk mengembalikan kejayaan musik Indonesia.
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan wROCKshop ini diantaranya, Sandy PAS Band, John Paul Ivan, Yoyo “Bayou” Bassman, Arry Syafriady, Ferry HK, Setiabudi A.C Nurdin, Bens Leo, Andre J.O Sumual, Parvidia Supit, Massto The Sidhartas, Bayu Randu, dan turut dihadiri juga oleh Kepala Subdit Edukasi Sub Sektor Ekonomi Kreatif, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia, Toar Mangaribi. (idj)